Kalau bicara seputar emisi gas rumah kaca (GRK), sektor transportasi sering kali dianggap sebagai penyumbang utama, terutama akibat emisi karbon dioksida yang dihasilkan. Padahal, data dari Joint Research Centre (JRC) menyebutkan bahwa industri pembangkit listrik menjadi penyumbang utama emisi GRK secara global pada 2024, dengan volume mencapai 15,64 miliar ton ekuivalen karbon dioksida (Gt CO2eq).
Hal ini mencerminkan masih banyak negara yang belum menggunakan energi terbarukan seperti sumber air, angin, dan biosolar untuk memasok listrik. Kurangnya birokrasi hingga biaya yang terlalu tinggi jadi salah satu penyebabnya.
Di urutan kedua, barulah sektor transportasi berkontribusi sebesar 8,44 Gt CO2eq pada 2024. Tingginya integrasi sektor ini dalam aktivitas manusia membuat peralihan menggunakan energi hijau yang lebih ramah lingkungan menjadi semakin mendesak.
Sektor industri manufaktur menyumbang 6,5 Gt CO2eq, diikuti pertanian dan peternakan (6,24 Gt CO2eq), eksploitasi energi fosil seperti pertambangan, produksi, hingga pengolahan (6,03 Gt CO2eq), proses industri (5 Gt CO2eq), pembakaran untuk bangunan non industri (3,55 Gt CO2eq), dan terakhir pengolahan sampah (1,8 Gt CO2eq).
Adapun secara keseluruhan, total emisi GRK mencapai 53,21 Gt CO2eq, mencakup emisi dari karbon dioksida, metana, dinitrogen oksida, dan gas terfluorinasi. Kontribusi terbesar datang dari karbon dioksida, mencapai 74,5%, disusul metana (17,9%), dinitrogen oksida (4,8%), dan terakhir gas terfluorinasi (2,8%).
Di Indonesia sendiri, sektor eksploitasi energi fosil dan pembangkit listrik menjadi penyumbang utama emisi GRK. Pada 2024, emisi GRK di Indonesia mencapai 1,32 Gt CO2eq, tertinggi keenam di dunia, dengan kontribusi karbon dioksida mencapai 61,4%. Tingkat emisinya ini naik 55% dalam satu dekade terakhir, menegaskan urgensi untuk menekan segera melancarkan dekarbonisasi dan memanfaatkan energi terbarukan dalam sektor-sektor rawan.
Baca Juga: Bukan Industri, Ini Sektor Penyumbang Gas Rumah Kaca Terbesar di Indonesia 2024
Sumber:
https://edgar.jrc.ec.europa.eu/report_2025