Program subsidi LPG di Indonesia menghasilkan beban besar bagi anggaran negara. Pada tahun 2018, sekitar Rp58,14 triliun ($4 juta) dialokasikan untuk program subsidi ini. Indonesia adalah negara produsen minyak dan gas terbesar di Asia Tenggara dan memiliki cadangan gas alam yang cukup besar.
Meskipun demikian, LPG masih menjadi pilihan utama di kalangan masyarakat. Kekhawatiran muncul karena konsumsi LPG yang terus meningkat di Indonesia dapat menambah beban program subsidi yang sudah terbatas. Para ahli merekomendasikan alternatif untuk mengurangi beban program subsidi LPG, yaitu dengan mendorong masyarakat untuk beralih ke kompor induksi.
Namun, perpindahan dari LPG ke kompor induksi perlu dilakukan dengan hati-hati dan mempertimbangkan beberapa faktor. Salah satunya adalah kategori tarif listrik konsumen. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Anggono et al. (2021), ditemukan bahwa penggunaan kompor induksi dapat mempengaruhi subsidi energi tergantung pada kategori tarif listrik konsumen.
Subsidi per pelanggan dapat meningkat dari $4,6/bulan menjadi $4,9/bulan untuk pelanggan 900 VA yang mendapat subsidi, hingga menjadi $5,9/bulan untuk pelanggan 450 VA. Namun, meskipun penggunaan kompor induksi lebih hemat energi dan lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan penggunaan LPG, peralihan ke kompor induksi tidak mudah karena membutuhkan investasi awal yang cukup besar.
Walaupun demikian, jika satu juta rumah tangga yang saat ini menggunakan LPG beralih ke kompor induksi dengan tumpukan bahan bakar 20%, dapat dihindarkan subsidi sebesar $48 juta setiap tahun, sehingga memberikan manfaat yang signifikan bagi anggaran negara.