Dewasa ini, kesehatan mental kerap dilekatkan dengan problem generasi muda, khususnya gen Z dan milenial. Pasalnya, kedua generasi ini tumbuh seiring dengan berkembangnya teknologi dan media sosial yang diduga kuat menjadi pemicu kecemasan sosial dan ketidakpuasan diri. Tidak hanya itu, gejolak ekonomi yang kian tidak pasti dan pasar kerja yang makin kompetitif pun menambah beban mental mereka.
Hasil survei Indonesia National Adolescent Mental Health (I-NAMHS) mengungkapkan bahwa 15,5 juta (34,9%) remaja menunjukkan gejala gangguan mental, sementara 2,45 juta (5,5%) telah mengidapnya dalam dua belas bulan terakhir. Survei lain dari Deloitte juga menunjukkan bahwa 46% gen Z dan 41% milenial mengaku merasa stres dan cemas sepanjang waktu.
Melihat betapa besarnya prevalensi kesehatan mental yang dialami generasi muda, tidak heran bahwa gen Z dan milenial Indonesia sangat menganjurkan intervensi dini sebagai strategi pencegahan masalah ini. Berdasarkan hasil survei IDN Research Institute, sebanyak 53% responden bahkan mendukung pendidikan dan kesadaran akan kesehatan mental dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah.
Salah satu hal yang melatarbelakangi munculnya sikap ini adalah pergeseran perspektif dalam memandang kesehatan mental. Sejumlah 63% gen Z dan 57% milenial menganggap kesejahteraan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Hal ini menggarisbawahi bahwa generasi yang lebih muda cenderung makin memandang kesejahteraan mental sebagai bagian integral dari kesehatan secara menyeluruh.
Pengintegrasian pendidikan kesehatan mental dalam kurikulum sekolah memang krusial. Hal ini ditegaskan hasil penelitian Aditia, dkk. (2022) yang menemukan bahwa pendidikan mental penting untuk mengembangkan keterampilan kesehatan mental siswa, memperbaiki hubungan sosial, dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Di samping meningkatkan kesejahteraan sejak dini, langkah ini pun dapat mengikis stigma negatif dan memastikan bahwa kesehatan mental mendapat perlakuan sebagaimana mestinya.
Adapun survei bertajuk Indonesia Millenial dan Gen Z Report 2025 ini melibatkan 1.500 responden gen Z dan milenial, masing-masing sebanyak 750 orang, yang tersebar di dua belas kota besar di Indonesia. Dalam laporan ini, responden yang dikategorikan milenial adalah mereka yang berusia 28-43 tahun, sedangkan gen Z 12-27 tahun per 2024.
Baca Juga: Alasan Gen Z dan Milenial Pilih Tunda Nikah dan Childfree