Digitalisasi sistem transaksi sudah merembet kemana-mana. Berbagai metode pembayaran secara modern telah secara masif dipraktikkan oleh sebagian besar masyarakat untuk mempermudah berputarnya roda perekonomian.
Hal ini juga terjadi di tanah air. Semenjak pemerintah menggalakkan program QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), terdapat banyak sekali layanan pembayaran berbasis digital untuk melancarkan dan mengamankan segala transaksi.
Hasilnya, sangat memuaskan! Dalam hasil survey yang dirilis oleh Lembaga Jajak Pendapat (Jakpat) dengan judul Indonesia Fintech Trends 2023, diungkapkan bahwa sudah hampir separuh masyarakat Indonesia menggunakan metode e-wallet sebagai metode bayar digital pada saat melakukan transaksi secara tatap muka, tepatnya di angka 46%.
Posisi kedua diisi oleh mobile dan internet banking dengan presentase sekitar 20%. Metode ini juga diikuti oleh sebagian masyarakat karena keamanannya yang terjamin dan dapat terkoneksi dengan rekening pribadi pada bank masing-masing.
Metode pembayaran digital bermoda BNPL (Buy Now, Pay Later) masih belum merajai metode pembayaran digital masyarakat Indonesia pada saat bertransaksi secara tatap muka. Metode ini diikuti oleh 9% masyarakat saja. Terakhir, terdapat metode virtual debit yang diklaim diikuti oleh 6% masyarakat Indonesia.
Pernyataan pembayaran digital ini diikuti oleh 1004 responden, yang tersebar di banyak wilayah di Indonesia. Dalam hal ini, responden diperbolehkan untuk menjawab lebih dari satu jawaban.
Data ini menunjukkan bahwa transisi pembayaran masyarakat Indonesia menuju transaksi digital penuh semakin mulus dan impresif. Dibutuhkan usaha lebih dari seluruh pihak untuk meningkatkan pengalaman pembayaran digital, tentunya diikuti oleh jaminan keamanan data pribadi yang baik pula.
