Tahun 2025 menjadi tahun yang sulit bagi ekosistem lapangan kerja di Indonesia. Bertambahnya angkatan kerja, gelombang PHK yang tinggi, serta jumlah lapangan pekerjaan yang tidak bisa menampung semua angkatan kerja membuat warga Indonesia sulit mendapatkan pekerjaan.
Menurut survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) kepada lebih dari 4.600 rumah tangga di 18 kota besar di Indonesia, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (IKLK) mengalami penurunan yang berkelanjutan dari awal tahun hingga September 2025.
IKLK sendiri merupakan salah satu indikator yang mengukur persepsi masyarakat mengenai situasi ekonomi nasional, terutama dalam ketersediaan lapangan kerja di Indonesia.
Data dikumpulkan dengan metode stratified random sampling. Sementara itu, indeks per kota dihitung dengan metode balance score (net balance + 100). Skor indeks di atas 100 poin berarti masyarakat optimis dan di bawah 100 poin berarti masyarakat pesimis.
Pada Januari 2025, skor IKLK sebesar 107,7. Skor yang di atas 100 ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih cukup optimis dengan ketersediaan lapangan kerja.
Skor ini kemudian menurun pada bulan-bulan berikutnya. Pada bulan Februari, IKLK turun menjadi 106,2. Skor ini kembali merosot sebesar 6,1 poin menjadi 100,3 pada bulan Maret.
Terjadi sedikit peningkatan IKLK pada bulan April sebanyak 1,3 poin, sehingga skornya menjadi 101,6. Sayangnya, IKLK anjlok pada bulan Mei hingga IKLK berada pada angka 95,7. Sejak bulan Mei, masyarakat Indonesia mulai pesimis dengan ketersediaan lapangan kerja.
Angka ini terus turun pada bulan Juni menjadi 94,1. Meskipun sempat naik sedikit pada bulan Juli menjadi 95,3, IKLK kembali menurun pada bulan Agustus menjadi 93,2. Hingga bulan September, IKLK mencapai skor terendahnya sepanjang 2025, yaitu 92.
Baca Juga: Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Pemuda Terus Meningkat Setelah Pandemi
Sumber:
https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/news-release/Pages/sp_2723625.aspx
