Saat ini pasar tenaga kerja dunia maupun Indonesia sedang masuk ke dalam masa sulit. Berbagai perusahaan di dunia melakukan layoff atau pemberhentian massal terhadap karyawannya, tak terkecuali di Indonesia.
Sejak awal tahun 2025, banyak pekerja di berbagai sektor harus mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), hingga bulan April 2025, sebanyak 24.360 orang diberhentikan dari tempat kerjanya. Hal tersebut tentunya menjadi preseden buruk untuk perekonomian Indonesia.
Di tengah badai PHK yang sedang terjadi, Indonesia saat ini masih defisit lowongan kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), untuk tahun 2024, Indonesia defisit 278.999 lowongan kerja.
Selain defisit, lowongan kerja yang tersedia belum merata, hanya 7 dari 38 provinsi Indonesia yang tidak mengalami defisit lowongan kerja. DKI Jakarta merupakan provinsi dengan surplus lowongan kerja tertinggi, nominal surplus mencapai 26.000 lowongan kerja.
Jawa Barat menjadi provinsi dengan defisit lowongan kerja tertinggi, tahun 2024 Jawa Barat mengalami defisit 270.827 lowongan kerja. Jawa Tengah menyusul di peringkat kedua dengan defisit sebesar 47.673 lowongan kerja. Lampung menutup tiga besar dengan defisit 21.720 lowongan kerja.
Sulawesi Selatan berada di posisi keempat dengan defisit lowongan kerja sebanyak 14.653. Nusa Tenggara Barat masuk dalam lima besar dengan defisit di sebanyak 13.604 lowongan kerja.
Jawa Timur duduk di posisi keenam dengan defisit 11.951 lowongan. Sumatra Utara berada di urutan ketujuh dengan defisit di angka 8.730 lowongan. Kalimantan Tengah menempati urutan selanjutnya dengan defisit lowongan kerja di angka 7.253.
Banten keluar di posisi kesembilan dengan defisit sebesar 5.999 lowongan. Sumatra Selatan menjadi provinsi terakhir di sepuluh besar dengan defisit lowongan kerja sebanyak 5.491.
Baca Juga: Update Tenaga Kerja Ter-PHK di Indonesia: Capai Lebih dari 20 Ribu Korban
