Belakangan ini publik dikejutkan dengan isu pemerintah Indonesia yang akan merelokasi beberapa warga Palestina ke Indonesia. Presiden Prabowo Subianto dalam pidatonya sebelum berangkat ke Uni Emirat Arab menyatakan bahwa Indonesia siap menampung 1.000 warga Palestina pada kloter pertama.
“Kami siap mengevakuasi mereka yang luka-luka, mereka yang trauma. Anak-anak yatim piatu, siapapun yang oleh pemerintah Palestina dan pihak-pihak terkait mereka ingin dievakuasi ke Indonesia, kami siap akan kirim pesawat-pesawat untuk mengangkut mereka, kita perkirakan jumlahnya 1.000 untuk gelombang pertama," ujar Prabowo di Jakarta, Rabu (9/4/2025).
Usulan tersebut mendapatkan pertentangan dari berbagai kalangan masyarakat. Relokasi warga Palestina dianggap melanggengkan rencana Israel untuk mengusir warga Palestina dari tanah kelahiran mereka.
Meskipun Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, ternyata Indonesia sendiri masih melakukan perdagangan dengan Israel. Bahkan Indonesia lebih banyak mengekspor barang ke Israel dibandingkan ke Palestina.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang tahun 2014-2024, total ekspor Indonesia ke Israel menyentuh angka US$1,58 miliar, sementara ekspor Indonesia ke Palestina hanya sebesar US$19,17 juta.
Nilai ekspor tertinggi ke Israel berada pada tahun 2022, dengan nilai ekspor mencapai US$185,56 juta. Kemudian, ekspor tertinggi ke Palestina berada pada tahun 2019 dengan nilai ekspor hanya sebesar US$2,91 juta.
Berdasarkan data UN Comtrade, tiga komoditas ekspor utama Indonesia ke Israel pada tahun 2023 adalah lemak/minyak yang berasal dari hewan atau tumbuhan beserta produk turunannya, alas kaki dan sejenisnya, serta peralatan elektronik.
Sementara tiga komoditas ekspor utama ke Palestina adalah produk susu, telur unggas, madu alami, dan produk makanan lainnya yang bersumber dari hewan; gula dan produk permen/manisan; serta olahan sereal, tepung, kanji atau susu, dan perkakas pembuat roti.
Baca Juga: Simpati Publik AS terhadap Palestina Terus Meningkat