Di era digital yang memudahkan masyarakat mengakses informasi secara instan, muncul fenomena yang cukup menarik di mana empat dari sepuluh (40%) orang mengatakan bahwa dirinya terkadang menghindari berita. Menurut survei yang dimuat dalam Digital News Report 2025 rilisan Reuters Institute, masyarakat yang menghindari berita terbagi menjadi dua kelompok: masyarakat yang secara konsisten menghindari berita karena memiliki minat baca dan pendidikan yang rendah serta masyarakat yang selektif dalam memilih topik tertentu karena ingin melindungi dirinya.
Survei dilakukan terhadap 68.542 masyarakat dari 48 negara. Dari jumlah tersebut, 39% mengatakan bahwa mereka sengaja menghindari berita karena memiliki efek negatif pada mood atau suasana hati mereka. Ini menunjukkan bahwa topik berita tertentu akan berdampak pada sisi psikologis pembaca sehingga memicu keengganan untuk terlibat lebih jauh dengan konten berita.
Selanjutnya, 31% mengatakan bahwa mereka merasa kewalahan dan lelah dengan jumlah berita yang terus mengalir tiap hari. Fenomena ini dapat memicu “news fatigue”, yaitu kondisi di mana seseorang merasa stres atau kelelahan karena informasi yang berlebihan serta tidak lagi mampu menghadapi banjir berita yang datang dari berbagai platform, terutama media sosial.
Berkaitan dengan topik berita, sebanyak 30% responden merasa jenuh dengan banyaknya media berita yang memuat topik tentang konflik atau perang serta 29% responden menyebutkan bahwa pemberitaan politik terlalu mendominasi dan cenderung memecah belah atau penuh bias.
Sebanyak 20% responden merasa bahwa informasi dalam berita tidak dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Ini menunjukkan adanya kesenjangan antara pemberitaan dan relevansi kontekstual terhadap audiens. Selanjutnya, 18% menyatakan bahwa berita seringkali memicu perdebatan atau argumen yang lebih baik mereka hindari, terutama di media sosial.
Terakhir, sebagian responden merasa bahwa banyak topik berita yang tidak relevan dengan kehidupan mereka (18%) atau terlalu sulit untuk dipahami (9%), terutama bagi masyarakat di bawah 35 tahun (14%).
Dalam survei ini, responden dapat memilih lebih dari satu jawaban dari sepuluh pilihan yang tersedia. Menurut laporan tersebut, responden yang lebih muda lebih cenderung mengatakan bahwa mereka merasa tidak berdaya dalam menghadapi isu-isu eksistensial seperti ketidakamanan ekonomi dan perubahan iklim. Menurut mereka, berita tersebut tidak relevan serta menimbulkan perdebatan. Di Malaysia, Swiss, dan Thailand, 19-24% responden berusia di bawah 35 tahun menghindari berita karena terlalu sulit untuk diikuti. Di Amerika Serikat, 13% responden berusia di bawah 35 tahun mengatakan hal yang sama.
Baca Juga: Apa Alasan Orang Tidak Mau Lihat Berita?