Sampah makanan menjadi salah satu kontributor terbesar limbah rumah tangga. Sayangnya, pengelolaannya masih sering diabaikan oleh sebagian masyarakat Indonesia. Survei terbaru yang dilakukan oleh GoodStats menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat, yakni sebesar 69,2%, masih membuang sisa makanan mereka langsung tanpa melalui proses pengelolaan lebih lanjut. Padahal, sampah makanan yang dibiarkan begitu saja tidak hanya menambah beban tempat pembuangan akhir (TPA), tetapi juga berkontribusi pada emisi gas rumah kaca hingga pencemaran lingkungan.
Meski demikian, masih ada segelintir masyarakat yang mengelola sampah sisa makanan mereka dengan cara-cara yang lebih ramah lingkungan. Sebanyak 8,2% responden mengaku mengelola sampah sisa makanan mereka dengan menjadikannya pakan ternak. Metode tersebut tentu lebih bermanfaat dibandingkan membuangnya begitu saja, terutama bagi mereka yang memang memiliki akses ke hewan ternak.
Selain itu, sebanyak 7,2% responden memilih untuk mengolah sisa makanan menjadi kompos. Langkah ini merupakan langkah yang efektif karena tidak hanya membantu mengurangi limbah, tetapi juga memberikan nilai tambah berupa pupuk organik yang dapat digunakan untuk keperluan bercocok tanam. Di sisi lain, 15,4% responden mengaku menggunakan metode pengelolaan lainnya yang kemungkinan mencakup cara-cara lain yang lebih bervariasi.
Dari hasil survei di atas, dapat disimpulkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah makanan masih tergolong rendah meskipun ada sebagian kecil yang telah mulai menerapkan cara-cara yang lebih bermanfaat. Mayoritas masyarakat masih memilih cara yang praktis, tetapi tidak ramah lingkungan, seperti membuang sisa makanan langsung ke tempat sampah. Hal ini menunjukkan perlunya edukasi yang lebih luas mengenai pentingnya pengelolaan sampah makanan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Adapun survei GoodStats bertajuk Perilaku Pengelolaan Sampah Masyarakat Indonesia di 2024 ini dilakukan pada 7-16 November 2024 yang melibatkan 1.000 responden dari berbagai latar belakang pendidikan dan ekonomi yang tersegmentasi di berbagai daerah di Indonesia. Survei dilaksanakan secara online yang kemudian diperkuat dengan focus group discussion (FGD) dengan perwakilan sampel.
Baca Juga: Porsi Berlebih hingga Tidak Segar: Alasan Pembuangan Sisa Makanan 2024