Dalam beberapa bulan terakhir, banyak terdengar kasus perceraian bahkan pembunuhan yang salah satunya disebabkan oleh judi online.
Kepala Pusat pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Ivan Yustiavandana mengungkapkan bahwa pada tahun 2024, transaksi judi online sudah mencapai Rp101 triliun lebih dengan 60 juta transaksi.
“Kami menemukan transaksi sebesar Rp101 triliun lebih. Jumlah transaksi yang sudah kami analisis sudah mencapai 400 juta transaksi. Di tahun ini saja, sampai kuartal I kami sudah lebih dari 60 juta transaksi," ujar Ivan pada rapat bersama dengan komisi III DPR RI (26/6/2024), mengutip Kompas.com.
Besarnya transaksi judi online ini tidak lepas dari akses masyarakat Indonesia terhadap iklan judi online di beberapa media sosial.
Populix menyebutkan bahwa dari 84% responden yang pernah melihat iklan judi online, 46% mengaku pernah melihat di Instagram, 45% melihatnya di YouTube, dan 45% lain di Facebook.
Media sosial lain yang juga sering menampilkan iklan judi online adalah TikTok sebanyak 27%, kemudian disusul X sebanyak 16% dan media lainnya sebesar 4%.
Iklan judi online yang beredar di beberapa media sosial ini, kerap menggunakan konten orang lain yang kemudian di posting ulang di akunnya lalu disematkan logo atau situs judi online mereka. Hal ini selain merugikan kreator asli juga merugikan pengguna platform tersebut karena iklan semacam ini dapat dengan mudah memengaruhi orang-orang yang rentan dengan tawaran judi online.
Dalam hal ini, perlu adanya kesadaran dari pengguna media sosial untuk melaporkan iklan-iklan yang terafiliasi judi online secara masif agar pihak yang berwenang dapat menekan penayangan iklan perjudian online ilegal. Dengan begitu, visibilitas iklan judi online pun akan berkurang.
Baca Juga: Cerai Akibat Judi Online Terus Naik, Bagaimana Aksi Kemenag?
