Menguak Kebiasaan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Indonesia 2023

Sebanyak 57,2% rumah tangga di Indonesia memilih mengelola sampah dengan dibakar, yang tentunya membahayakan kesehatan penduduk sekitar.

Cara Utama Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Indonesia Tahun 2023

Sumber: Kementertian Kesehatan (Kemenkes RI)
GoodStats

Salah satu ancaman serius yang dihadapi Indonesia saat ini adalah masalah terkait sampah. Jumlah sampah di Indonesia masih terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat jumlah timbulan sampah dalam skala nasional mencapai 38,3 juta ton pada 2023.

Dalam Jurnal Untad, adanya permasalahan yang sudah dianggap serius ini disebabkan beberapa faktor masalah utama seperti masih kurangnya infrastruktur pengelolaan sampah, pembuangan sampah sembarangan, hingga minim kesadaran masyarakat untuk memilah sampah.

Melalui Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan beragam cara pengelolaan sampah di rumah tangga Indonesia.

Secara nasional, 27,6% dari total rumah tangga melaporkan bahwa sampah mereka diangkut oleh petugas ke tempat pembuangan akhir (TPA). Ini menunjukkan adanya upaya pemerintah dalam menyediakan layanan pengangkutan sampah, terutama di daerah perkotaan dengan infrastruktur lebih memadai. 

Namun, 8,7% rumah tangga masih memilih untuk membuang sampah sendiri ke tempat pembuangan sementara (TPS). Hal ini mengindikasikan masih belum meratanya sebuah layanan pengangkutan sampah di beberapa wilayah terkhusus daerah terpencil.

Metode pengelolaan berkelanjutan seperti daur ulang dan pembuatan kompos masih minim diterapkan dan belum dimanfaatkan secara maksimal di Indonesia. Hanya 0,1% atau sekitar 316 rumah tangga yang melakukan daur ulang, sementara pembuatan kompos dilakukan oleh 0,3% rumah tangga sekitar 947 rumah tangga.

Sebaliknya, beberapa metode yang tidak ramah lingkungan masih banyak digunakan. Sebanyak 2,8% rumah tangga melaporkan bahwa sampah mereka dibuang ke kali atau selokan, yang dapat mencemari sumber air dan meningkatkan risiko penyakit Demam Berdarah (DBD).

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa pada 26 Maret 2024 kasus DBD di Indonesia dilaporkan mencapai 53.131 kasus. Sementara itu, kematian akibat DBD mencapai 404 orang. Situasi ini menekankan pentingnya pengelolaan limbah yang baik dan praktik pembuangan sampah yang benar untuk mengurangi resiko penyebaran penyakit.

Lebih lanjut, pengelolaan sampah di Indonesia masih didominasi oleh pembakaran, dengan persentase sebesar 57,2% atau sekitar 180.535 rumah tangga.

Dokter spesialis paru, dr. Ika Trisnawati, Sp.PD (K), menegaskan bahwa pembakaran sampah bukanlah solusi untuk mengatasi masalah sampah. Justru, praktik ini dapat memperburuk kualitas udara dan meningkatkan risiko gangguan pernapasan.

“Polutan hasil pembakaran apapun bentuknya sifatnya toksik jika masuk ke kantong paru-paru menghasilkan dampak ringan sampai berat. dalam jangka pendek bisa menimbulkan risiko terkena penyakit paru akut, namun jangka panjang menimbulkan risiko kanker karena adanya paparan senyawa karsinogenik,” tuturnya dalam Diskusi Pojok Bulaksumur yang bertajuk “Awas Sampah dan Udara Tak Sehat Mengancam", Senin (21/8), mengutip laman resmi UGM.

Sementara, beberapa rumah tangga juga menangani sampah secara mandiri dengan cara ditimbun atau dibuang sembarangan. Penimbunan sampah dilaporkan oleh 0,7% rumah tangga, sementara 2,3% rumah tangga membuang sampah mereka sembarangan.

Secara keseluruhan, data ini menunjukkan bahwa Indonesia masih menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah. Meskipun beberapa wilayah telah menunjukkan perbaikan dengan layanan pengangkutan yang baik, praktik-praktik seperti pembuangan ke selokan dan pembakaran sampah menunjukkan bahwa masih diperlukan upaya lebih untuk mewujudkan pengelolaan sampah yang lebih efektif dan berkelanjutan. 

Baca Juga: Ancaman Lingkungan Indonesia: Jutaan Ton Sampah Tidak Terkelola di 2024

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook