Pembakaran bahan bakar fosil seperti bensin dan diesel merupakan salah satu sumber utama emisi gas rumah kaca (GHG) yang menyebabkan perubahan iklim. Oleh karena itu, alternatif yang lebih ramah lingkungan seperti solar dan biodiesel telah menjadi populer dalam beberapa tahun terakhir. Namun, apakah keduanya memiliki dampak emisi GHG yang berbeda?
Solar adalah bahan bakar alternatif yang dihasilkan dari energi matahari, sedangkan biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang dihasilkan dari bahan organik seperti minyak nabati atau lemak hewan. Keduanya dianggap lebih ramah lingkungan daripada bahan bakar fosil karena mereka menghasilkan emisi GHG yang lebih rendah.
Namun, perbandingan antara emisi GHG dari solar dan biodiesel tergantung pada beberapa faktor seperti bahan baku, metode produksi, dan penggunaan. Solar dihasilkan dari energi matahari yang bersih dan tidak menghasilkan emisi GHG langsung. Namun, emisi GHG terkait dengan produksi panel surya, transportasi, dan instalasi. Selain itu, solar masih memerlukan backup energi saat matahari tidak bersinar, yang biasanya bersumber dari bahan bakar fosil dan dapat menyebabkan emisi GHG.
Sementara itu, biodiesel dapat menghasilkan emisi GHG selama produksi dan transportasi, tetapi secara umum, biodiesel menghasilkan emisi GHG yang lebih rendah daripada bahan bakar fosil. Menurut penelitian dari Departemen Pertanian AS, penggunaan biodiesel dapat mengurangi emisi GHG sebesar 50-86% dibandingkan dengan bahan bakar diesel.