Kebiasaan merokok masyarakat Indonesia menjadi salah satu permasalahan yang sulit diatasi. Tidak hanya di kalangan orang dewasa, perokok juga didominasi usia muda, berumur 18 tahun ke bawah. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat terdapat 3,68% penduduk berusia kurang dari sama dengan 18 tahun yang merokok tembakau dalam sebulan terakhir. Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 0,05% poin dibanding tahun sebelumnya.
Meskipun tidak secara signifikan, kenaikan persentase perokok usia muda ini tetap mengkhawatirkan. Dilansir dari Laman Kementerian Kesehatan Indonesia (Kemkes) dalam Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, jumlah perokok aktif mencapai 70 orang di mana 7,4% di antaranya berusia 10-18 tahun. Kelompok terbanyak perokok aktif di usia 15-19 tahun yaitu sebanyak 56,5%, diikuti usia 10-14 tahun sebanyak 18,4%.
Pada tahun 2020, terdapat 3,81% anak yang merokok dalam sebulan terakhir. Memasuki tahun-tahun berikutnya, persentase ini terus menurun. Pada tahun 2021, hanya sebanyak 3,69% perokok di bawah usia 18 tahun. Penurunan paling signifikan terjadi pada tahun 2022 menjadi sebesar 3,44%. Adapun penurunan ini dipengaruhi oleh kenaikan tarif cukai rokok tembaga pada tahun 2022.
Namun seolah tak jera, persentase perokok usia muda kembali naik di tahun 2023 sebesar 3,65% dan terus naik lagi hingga tahun 2024.
Menurut National Youth Tobacco Survey (NYTS), terdapat beberapa penyakit mematikan yang dapat mengancam perokok aktif, diantaranya seperti kanker, penyakit jantung dan stroke, penyakit paru-paru seperti Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), diabetes tipe 2, hingga gangguan reproduksi.
Berbagai upaya dilakukan untuk menekan jumlah perokok aktif di Indonesia, terutama bagi usia muda. Salah satu metode yang dapat digunakan yaitu Tobacco Harm Reduction (THR). Dilansir dari detikHealth, CoeHAR Universitas Padjadjaran, Assoc Prof. dr. Ronny, M.Kes., AIFO, PhD menjelaskan THR adalah metode yang bertujuan untuk mengurangi risiko akibat produk tembakau hingga berhenti merokok, salah satu caranya yaitu dengan memberikan alternatif yang lebih rendah risiko. Metode ini sudah banyak digunakan di berbagai negara dan terbukti dapat menekan angka perokok aktif.
"THR itu adalah pilihan agar mereka bisa berhenti merokok. Kalau kita sarankan berhenti dan dia bisa berhenti tanpa THR, lebih baik itu," ujar Ronny dalam forum Peluncuran Laporan Global Lives Saved pada Kamis, (6/2/2025).
Baca Juga: Top 10 Perusahaan Tembakau & Rokok Terbesar di Dunia