Perubahan permintaan energi di masa depan akan sangat bergantung pada kebijakan energi yang diterapkan di berbagai negara dan sektor. Pada tahun 2016, International Energy Agency (IEA) merilis Skenario Kebijakan Baru yang memberikan gambaran tentang bagaimana permintaan energi global akan berubah hingga tahun 2050.
Berdasarkan skenario tersebut, terdapat perubahan signifikan dalam komposisi bahan bakar yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi global. Konsumsi bahan bakar fosil diperkirakan akan terus menurun, sementara penggunaan energi terbarukan diperkirakan akan terus meningkat.
Pada sektor transportasi, penggunaan bahan bakar fosil akan terus menurun dan digantikan oleh mobil listrik, gas alam terkompresi (CNG), dan bahan bakar alternatif lainnya. Penggunaan energi terbarukan juga diharapkan akan terus meningkat di sektor transportasi, seperti penggunaan bahan bakar sel hidrogen dan biofuel.
Sementara itu, di sektor pembangkit listrik, penggunaan batu bara dan gas alam diperkirakan akan menurun dan digantikan oleh energi terbarukan, seperti tenaga surya dan tenaga angin. Meskipun permintaan energi di sektor industri dan bangunan masih akan didominasi oleh bahan bakar fosil, penggunaan energi terbarukan di sektor tersebut juga diharapkan akan meningkat.
Perubahan permintaan energi berdasarkan bahan bakar dan sektor ini juga akan mempengaruhi emisi gas rumah kaca. Skenario Kebijakan Baru IEA memproyeksikan bahwa emisi CO2 global dari energi akan mencapai puncaknya pada tahun 2020 dan kemudian menurun secara signifikan. Namun, untuk mencapai target global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, diperlukan upaya yang lebih besar untuk mempromosikan penggunaan energi terbarukan dan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.