Kayu putih menjadi salah satu komoditas utama dalam Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Indonesia. Permintaan domestik dan internasional terhadap kayu putih tetap tinggi di tengah fluktuasi produksi beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi penurunan produksi daun kayu putih di Indonesia menjadi 41.990,93 ton pada 2023. Produksi ini menurun 34,5% dari tahun sebelumnya yang sempat mencapai angka 64.133,04 ton. Melihat ke belakang, produksi daun kayu putih Indonesia mengalami fluktuasi dalam beberapa tahun terakhir.
Produksi pada 2019 mencapai 46.990,16 ton dan mencapai puncaknya pada 2020 yang sebesar 66.287,25 ton. Terjadi kenaikan tipis pada 2021 menjadi 67.052,67 ton.
Di Indonesia, tanaman kayu putih biasanya tumbuh di wilayah Maluku, Ambon, Sumatra Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, Bali, dan Papua. Daun kayu putih dapat digunakan untuk menghasilkan minyak kayu putih melalui proses destilasi atau penyulingan. Produk ini merupakan salah satu produk kehutanan yang dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.
Indonesia berpartisipasi aktif dalam ekspor minyak kayu putih meskipun masih terbatas jumlahnya jika dibandingkan dengan China. Negara tujuan ekspor minyak kayu putih Indonesia masih seputar kawasan Asia Tenggara, yakni Malaysia, Singapura, dan Jepang.
Total ekspor minyak kayu putih Indonesia pada 2023 diperkirakan mencapai 500 ton dan sebagian besar digunakan untuk keperluan medis serta produk kebersihan.
Secara komersial, China merupakan negara penghasil minyak kayu putih terbesar di dunia, meskipun banyak orang kerap kali mengaitkan kayu putih dengan Australia. Australia lebih fokus pada produksi kayu putih untuk kebutuhan dalam negeri, terutama karena asosiasinya dengan ikon nasional seperti koala.
Baca Juga: Perbandingan Luas Hutan Indonesia vs Dunia