Perkembangan penggunaan kecerdasan artifisial (AI) tidak hanya semakin mempermudah aktivitas dan meningkatkan produktivitas, namun juga melahirkan sederet kekhawatiran akan dampak negatifnya. AI membuat segalanya menjadi lebih mudah dan cepat, penggunaan yang berlebihan dapat mengakibatkan sejumlah potensi negatif, seperti ketergantungan yang terlalu tinggi, kemalasan, hingga hilangnya lapangan pekerjaan.
Menurut hasil survei Jakpat bertajuk Understanding AI Usage Today, risiko ketergantungan jadi hal yang paling dikhawatirkan responden akan penggunaan AI. Fungsi AI yang beragam, ditambah dengan responsnya yang cepat dan akurat, dapat meningkatkan ketergantungan jika digunakan terlalu sering dan tanpa batasan yang bijak. Akibatnya, masyarakat akan merasa seolah-olah tidak bisa melakukan apa-apa tanpa bantuan AI. Padahal, AI harusnya hanya dijadikan asisten yang membantu, bukan pekerja utama.
Selain itu, 63% responden tercatat khawatir akan potensi AI disalahgunakan. Penyalahgunaan ini bisa berbentuk kejahatan dengan memanfaatkan AI, seperti penipuan, deepfake, dan kasus lain. Sementara itu, 61% responden menilai AI juga bisa menurunkan kreativitas, apalagi dengan fitur animasi yang mirip Studio Ghibli, yang beberapa waktu belakang sempat viral dan diprotes. Terlalu banyak menggunakan AI bisa membuat orang susah berpikir kreatif dan mandiri.
Kekhawatiran lain termasuk meningkatnya risiko pengangguran, dengan semakin banyak pekerjaan yang kini tergantikan oleh AI. Pemakaian AI yang masif juga memunculkan tantangan untuk membedakan mana produk asli dan mana produk AI.
Sementara itu, 48% responden mengaku khawatir akan risiko keamanan data dan 41% responden khawatir AI akan menurunkan kemampuan analitis.
Adapun survei Jakpat ini melibatkan 1.423 responden, dengan 1.334 di antaranya mengetahui AI. Survei dilakukan secara daring pada 10-14 April 2025, dengan margin of error di bawah 5%.
Baca Juga: 10 Negara Pengguna AI Terbanyak, Indonesia Salah Satunya