Di tengah arus perkembangan teknologi yang begitu cepat, kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) kini telah merambah ke berbagai sektor kehidupan, tak terkecuali dunia kerja. Salah satu perubahan paling signifikan terlihat dalam proses rekrutmen pekerjaan. Jika sebelumnya seluruh tahapan seleksi dilakukan manual oleh tim HR, kini banyak perusahaan mulai mengandalkan AI dalam proses mencari kandidat yang terbaik untuk perusahaan.
Survei terbaru dari Jobstreet yang melibatkan 1.273 staf rekrutmen dan HR mengungkap bahwa 76% perusahaan telah menggunakan AI untuk melakukan penyaringan awal kandidat. Angka Ini menjadikannya fungsi paling umum dari adopsi AI dalam proses rekrutmen. Selain itu, 74% responden menyatakan menggunakan AI untuk menulis iklan lowongan pekerjaan, sedangkan 49% menggunakan AI untuk menilai kandidat lebih lanjut.
Dari sisi perusahaan, penggunaan AI memang memberikan sejumlah manfaat seperti efisiensi waktu, objektivitas seleksi, dan kemampuan menyaring ribuan lamaran dalam waktu singkat. AI juga memungkinkan proses rekrutmen lebih cepat dan hemat biaya, terutama untuk posisi dengan pelamar dalam jumlah besar. Teknologi ini membantu HR menemukan kandidat yang dianggap paling sesuai berdasarkan kriteria tertentu seperti pengalaman, keahlian, hingga kecocokan budaya kerja.
Penggunaan AI dalam proses rekrutmen juga menjadi tren yang berkembang di tingkat global. Bank-bank di China mulai mengadopsi teknologi kecerdasan buatan untuk merekrut karyawan, sebagai upaya untuk menekan biaya rekrutmen dan meningkatkan efisiensi proses seleksi. Dikutip dari South China Morning Post melalui Kompas, sejumlah lembaga keuangan besar seperti Bank of China (BOC), Industrial and Commercial Bank of China (ICBC), hingga bank-bank lokal seperti Hangzhou Bank dan Shanghai Bank turut menerapkan AI dalam tahap awal seleksi kandidat. Teknologi ini digunakan untuk menyaring pelamar secara masif, melakukan penilaian awal, hingga memfasilitasi wawancara jarak jauh dalam jumlah besar.
Dari sisi pencari kerja, kehadiran AI juga menimbulkan reaksi beragam. Sebagian menganggap ini sebagai peluang, bahkan memanfaatkan teknologi seperti ChatGPT untuk membuat CV ATS-friendly, berlatih wawancara, ataupun membuat cover letter dan motivation letter. Di sisi lain, ada pula yang merasa proses seleksi kerja jadi terasa kurang manusiawi, karena sejak awal tidak lagi melibatkan interaksi langsung dengan perekrut.
Seiring semakin banyaknya perusahaan yang mengadopsi AI, penting bagi semua pihak untuk memahami nilai tambah teknologi ini. Dari sisi staf rekrutmen atau HR, AI dapat membantu mempercepat proses seleksi, menyaring kandidat secara objektif, dan menghemat biaya operasional.
Sementara itu, bagi pelamar kerja, AI dapat menjadi alat bantu untuk menyesuaikan CV dengan sistem ATS, melatih diri menghadapi wawancara, hingga memahami pola rekrutmen perusahaan. Dengan pemahaman yang tepat, penggunaan AI dalam rekrutmen bisa dimaksimalkan sebagai solusi bersama yang meningkatkan efisiensi tanpa mengorbankan kualitas dan keadilan dalam proses seleksi.
Baca Juga: 10 Pekerjaan Paling Sering Kena PHK di Indonesia 2024