Hasil hutan RI, khususnya kayu bulat, mengalami kenaikan volume produksi di 2023 jika dibandingkan dengan 2022. Kayu ini merupakan bagian dari pohon yang ditebang dan dipotong menjadi batang dengan ukuran diameter 50 cm atau lebih.
Menurut Data Kehutanan Triwulan Tahun 2023 (DKT2023), produksi kayu bulat mencapai 68,22 juta m3 per 2023. Secara berurutan, volume produksi pada Q1 mencapai 15 juta m3, kemudian naik pada Q2 menjadi 15,66 juta m3, 18,59 juta m3 di Q3, yang kemudian turun menjadi 18,42 juta m3 di Q4.
Di tanah air, kayu akasia menjadi produksi kayu bulat terbesar dengan volume mencapai nyaris setengah (31,11 juta m3) dari total produksi kayu bulat. Kayu rimba campuran menyusul di posisi kedua dengan produksi 30,93 juta m3. Sisanya merupakan produksi kayu meranti, indah, eboni, dan jenis lainnya.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), produksi terbesar kayu bulat di Indonesia per 2023 berada di Pulau Sumatra. Total produksi di sana mencapai 46,10 juta m3 atau 67,58% dari keseluruhan produksi kayu bulat RI.
Mayoritas (62,13%) hasil produksi di sana berjenis kayu akasia, disusul 36,62% rimba campuran. Sisanya, kayu bulat yang diproduksi Pulau Sumatra adalah kayu meranti (0,52%) dan jenis lainnya (0,73%).
Pulau Kalimantan berada di posisi kedua dengan total produksi 12,09 juta m3 , 52% merupakan kayu rimba campuran. Di Pulau Jawa, kayu bulat diproduksi sebanyak 8,67 juta m3 dan mayoritas (85,23%) juga kayu rimba campuran.
Selanjutnya, volume produksi di Maluku-Papua mencapai 1,02 juta m3 dengan meranti sebagai jenis produksi terbanyak (80,53%), Sulawesi memproduksi 0,33 juta m3 kayu bulat dengan rimba campuran sebagai produksi mayoritas (65,87%), dan Bali-Nusa Tenggara memproduksi 0,01 juta m3 yang mayoritasnya (70,07%) rimba campuran.
Baca Juga: 10 Negara dengan Area Hutan Terluas, Ada Indonesia!