Selain memproduksi kayu dan jasa lingkungan, hutan juga memproduksi hasil hutan bukan kayu (HHBK). Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/2007, HHBK merupakan hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu yang berasal dari hutan.
Sebagai salah satu negara dengan hutan terluas di dunia, HHBK merupakan salah satu potensi ekonomi bagi Indonesia yang patut dikembangkan, Berdasarkan data dari Kementerian Kehutanan (Kemenhut), pada tahun 2024 produksi HHBK Indonesia mencapai 870.410 ton, dengan nilai provisi sumber daya hutan (PSDH) mencapai Rp36,52 miliar. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 51 tahun 1998, PSDH merupakan pungutan yang dikenakan sebagai ganti nilai intrinsik dari hasil yang dipungut dari hutan negara.
Di antara berbagai jenis HHBK yang ada di Indonesia, tebu menjadi komoditas dengan produksi tertinggi, mencapai 387.064 ton, atau setara dengan 44,47% dari keseluruhan komoditas HHBK yang diproduksi pada tahun 2024. Produksi tebu pada tahun, 2024 juga berhasil menarik Rp11,61 miliar ke kas negara dari PSDH.
Kategori buah-buahan/umbi-umbian lainnya berada di posisi kedua dengan total produksi di angka 193.761 ton. Kategori ini merupakan kategori untuk buah-buahan atau umbi-umbian di luar komoditas utama seperti alpukat, mangga, singkong, porang, dan lainnya. Meskipun produksi buah-buahan dan umbi-umbian kalah dari tebu, namun PSDH yang dihasilkan untuk komoditas ini merupakan yang tertinggi, dengan nominal sebesar Rp13,55 miliar.
Getah pinus duduk di urutan ketiga dengan total produksi sebesar 104.983 ton. Posisi keempat kembali diisi oleh tanaman pangan, yaitu jagung dengan produksi mencapai 55.120 ton. Atap sirap masuk dalam lima besar dengan total produksi di angka 40.000 ton.
Getah karet hutan menempati urutan keenam dengan total produksi sebanyak 25.201 ton. Tual sagu keluar di urutan setelahnya dengan produksi kumulatif di angka 10.844 ton. Daun kayu putih menyusul di peringkat kedelapan dengan total produksi sebesar 9.430 ton.
Singkong menjadi umbi-umbian dengan produksi tertinggi dengan total produksi mencapai 7.380 ton. Kopi robusta menutup sepuluh besar komoditas HHBK dengan produksi tertinggi tahun 2024, dengan total produksi di angka 6.675 ton.
Baca Juga: Menuju Akses Hutan yang Berkeadilan Melalui Perhutanan Sosial