Stunting masih menjadi masalah di tanah air. Berbicara mengenai stunting tidak hanya menyangkut tinggi badan, tapi juga mengakibatkan rendahnya kemampuan belajar anak, keterbelakangan mental, dan rentan terkena penyakit-penyakit kronis.
Stunting merupakan kondisi di mana balita (bayi di bawah lima tahun) mengalami gagal tumbuh atau tingginya tidak sesuai dengan usia yang disebabkan kekurangan gizi kronis dalam seribu hari pertama kehidupan (HPK), yakni dimulai dari dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun.
Kondisi ini membuat anak lebih rentan terkena penyakit serta dapat menurunkan produktivitasnya di masa depan. Selain itu, stunting secara luas juga menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan, dan memperlebar ketimpangan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan tren prevalensi stunting pada balita berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan.
Survei ini dilakukan melalui wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan terhadap 34.500 blok sensus, yang terdiri dari 345.000 rumah tangga biasa untuk pelaksanaan Riskesdas dan 345.000 rumah tangga balita untuk pelaksanaan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI).
Dalam data tersebut dapat dilihat bahwa tren prevalensi stunting balita di Indonesia cenderung menurun selama 5 tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan gizi di Indonesia semakin terkendali.
Dimulai dari tahun 2018, Indonesia mencatatkan prevalensi stunting sebesar 30,80%, dan terus menurun pada tahun 2019 (27,67%), 2021 (24,40%), 2022 (21,60%), dan 2023 (21,50%).
Adapun, pencegahan stunting dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya sebagai berikut:
- Memenuhi kebutuhan gizi anak yang sesuai pada Seribu Hari Pertama Kehidupan.
- Memenuhi kebutuhan asupan nutrisi bagi ibu hamil.
- Memberikan konsumsi protein pada menu harian balita pada usia di atas 6 bulan dengan kadar protein sesuai usianya.
- Menjaga kebersihan sanitasi dan memenuhi kebutuhan air bersih.
- Rutin membawa balita ke Posyandu minimal 1 bulan sekali.
Oleh karena itu, penting bagi para orang tua untuk memaksimalkan asupan gizi anak sedini mungkin agar pertumbuhan anak dapat berjalan normal, serta menghindari penyakit-penyakit lain.
Baca Juga: 88% Masyarakat Indonesia Gunakan Gas untuk Memasak