Menurut Bank Indonesia, penggunaan pendapatan rumah tangga dibagi menjadi tiga komposisi, yakni konsumsi, tabungan, dan cicilan pinjaman. Dari ketiganya, mayoritas uang dipakai untuk konsumsi dan paling sedikit dikeluarkan untuk cicilan pinjaman.
Untuk mencatat proporsi pengeluaran responden per Juni 2024, Bank Indonesia kembali melakukan pencatatan kondisi keuangan konsumen dengan melihat, salah satunya, rasio cicilan pinjaman per kelompok pengeluaran dari Rp1 juga hingga lebih dari Rp5 juta.
Per Juni 2024, sebanyak 9,6% pendapatan responden dikeluarkan untuk membayar cicilan/utang. Dibandingkan Mei 2024 (10,3%), proporsi cicilan pinjaman mengalami penurunan sebanyak 0,7%. Menariknya, proporsi cicilan pinjaman ini cenderung berbeda tergantung besarnya pengeluaran per bulan.
Untuk responden dengan total pengeluaran Rp1-2 juta per bulan, sebanyak 7,7% dipakai untuk membayar cicilan pinjaman. Angka tersebut naik dibandingkan proporsi yang dikeluarkan di bulan Mei 2024 (7,3%).
Berikutnya, mereka yang punya pengeluaran Rp2,1-3 juta per bulan mengaku menggunakan 9,2% untuk membayar cicilan/utang. Untungnya, proporsi pembayaran tersebut menurun dari Mei 2024 lalu (10,2%).
Pada kelompok pengeluaran Rp3,1-4 juta per bulan, sebanyak 10,7% pengeluaran lari ke komposisi cicilan pinjaman, sehingga penurunan proporsi kembali terjadi dibanding bulan lalu (11,2%).
Responden yang mempunyai pengeluaran Rp4,1-5 juta per bulan mengaku menggunakan 10,1% untuk pembayaran cicilan/utang. Dibandingkan bulan sebelumnya (12,9%), proporsi pengeluaran untuk komposisi tersebut menurun.
Terakhir, mereka yang mengeluarkan uang lebih dari Rp5 juta per bulan tercatat memakai 14,7% untuk cicilan pinjaman. Pada kelompok ini, peningkatan proporsi terjadi karena bulan lalu, proporsi uang yang dipakai membayar cicilan/utang hanya 13,9%.
Meski uang untuk membayar utang/cicilan terindikasi menurun di bulan Juni 2024, ternyata uang untuk bagian konsumsi justru naik dari 73% jadi 73,9% dan uang untuk tabungan cenderung stabil dengan sedikit penurunan dari 16,6% jadi 16,5%.
Baca juga: Bukan Jakarta, Ini 10 Provinsi dengan Utang Pinjol Terbesar Akhir 2023