Tren geopolitik dan konflik regional selama beberapa tahun terakhir mendorong lonjakan besar dalam impor senjata global.
Menurut data Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), Ukraina mencatat lonjakan luar biasa dalam impor senjata sekaligus menjadi importir senjata terbesar dunia periode 2020–2024 dengan kenaikan hampir 100 kali lipat sebesar 9.627%. Hal ini berkaitan dengan invasi Rusia pada 2022 dan bantuan militer besar-besaran dari negara Barat.
Setidaknya 35 negara mengirimkan senjata ke Ukraina dan menerima 8,8% impor persenjataan global pada tahun 2020–2024. Sebagian besar persenjataan utama yang dipasok ke Ukraina berasal dari Amerika Serikat (45%), Jerman (12%) dan Polandia (11%). Ukraina merupakan satu-satunya negara Eropa di antara 10 importir senjata terbesar di dunia pada tahun 2020–2024.
Di posisi kedua, India tetap menjadi pengimpor besar dengan 8,3% pangsa senjata global, meskipun turun sedikit dibandingkan periode sebelumnya (9,1%). India secara konsisten mengimpor sistem pertahanan mutakhir untuk menghadapi ancaman dengan fokus pada jet tempur, sistem rudal, dan teknologi angkatan laut.
Qatar menempati posisi ketiga, mencatat lonjakan impor senjata sebesar 127%, dari 3,0% menjadi 6,8% dari pangsa global. Kenaikan ini sejalan dengan modernisasi pertahanan serta ketegangan regional dengan negara-negara Teluk lainnya. Arab Saudi yang berada di urutan keempat dengan 6,8% mengalami penurunan signifikan dari posisi pertama di periode 2015–2019 (11%).
Negara-negara lain yang mencatat kenaikan signifikan ada Pakistan di urutan kelima dengan angka 61%, disusul Jepang dengan angka 93%, dan Kuwait dengan angka perubahan sebesar 466%. Selain itu, ada Amerika Serikat di urutan 9. Meski dikenal sebagai eksportir senjata terbesar, AS juga muncul di daftar pengimpor dengan peningkatan 67%. Sementara itu, beberapa negara yang mengalami penurunan adalah Australia di urutan ke-7 yang turun 27% Mesir di urutan ke-8 dan turun dari 44%. Impor senjata ini sering menjadi langkah strategis bagi negara besar bagi menjaga keamanan dan memperkuat posisi diplomatik mereka.