Indonesia merupakan negara yang memiliki industri manufaktur mobil terbesar kedua di Asia Tenggara, dengan produksi hampir mencapai 1,5 juta mobil pada tahun 2022. Selain itu, Indonesia juga memiliki industri manufaktur sepeda motor terbesar di kawasan dengan sekitar 6 juta produksi pada 2021. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pusat manufaktur electric vehicle (EV).
Indonesia memiliki cadangan nikel sebesar 21 juta ton, yang merupakan bahan baku utama untuk pembuatan baterai EV. Hal ini menarik bagi produsen mobil untuk membangun lokasi manufaktur di Indonesia karena biaya bahan mentah mempengaruhi hingga 25% harga akhir baterai, yang merupakan salah satu ketidakpastian terbesar yang dihadapi produsen mobil saat ini.
Meskipun begitu, rantai pasokan EV di Indonesia belum sepenuhnya terintegrasi. Sekitar $20 miliar telah diinvestasikan di seluruh rantai pasokan, namun beberapa produsen baterai dan pabrik daur ulang tidak akan beroperasi hingga setidaknya tahun 2025. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia perlu memberikan insentif kepada industri hulu EV untuk membantu industri menjadi lebih kompetitif, mempercepat penurunan harga, dan menciptakan efek multiplier yang besar pada perekonomian.