Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2023, 33 dari 38 provinsi di Indonesia aktif memproduksi jengkol setiap tahunnya. Jumlahnya meningkat dari tahun sebelumnya, di mana terdapat 7 provinsi yang tidak menghasilkan jengkol, yaitu DKI Jakarta, Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Utara, Maluku Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Barat. Tahun ini, Gorontalo dan Sulawesi Barat masing-masing memproduksi 2 dan 3 ton jengkol.
Total produksi jengkol pada 2023 mencapai 157 ribu ton. Provinsi penghasil jengkol terbesar adalah Sumatra Barat dengan 21 ribu ton, disusul Jawa Barat dengan produksi 19 ribu ton jengkol dan Lampung dengan 18 ribu ton.
Produksi jengkol mengalami peningkatan 2-3 ribu ton dalam 3 tahun terakhir. Pada 2021, Indonesia menghasilkan 152,6 ribu ton jengkol. Pada 2022, total produksinya naik menjadi 155,9 ribu ton.
Jengkol merupakan salah satu olahan pangan sayuran yang digemari masyarakat Indonesia. Jengkol biasanya diolah menjadi semur jengkol.
Pasla dalam Rizaldy dkk (2023) mengungkapkan bahwa jengkol bermanfaat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Misalnya, mengatur gula darah, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menyediakan zat besi dan sumber protein, menjaga kesehatan tulang, menurunkan risiko penyakit jantung, serta membantu pencernaan.
Jengkol juga dapat tumbuh secara alami (tanpa dikehendaki untuk dibudidayakan). Di Desa Tilahan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, pohon jengkol yang tumbuh tidak ada yang ditanam secara sengaja. Selain di Indonesia, jengkol juga dapat ditemukan di Thailand, Malaysia hingga Myanmar.
Baca Juga: Bawang Merah Jadi Sayur dengan Produksi Tertinggi di Indonesia pada 2022