Sepanjang tahun 2023, Indonesia mengalami peningkatan frekuensi cuaca ekstrem dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini membawa dampak signifikan di berbagai wilayah.
Cuaca ekstrem, seperti hujan deras yang disertai angin kencang, banjir, hingga longsor, tentu menjadi ancaman nyata bagi keselamatan masyarakat. Beberapa provinsi di Indonesia menghadapi dampak yang lebih parah dibandingkan wilayah lainnya, menjadikannya sebagai daerah yang paling sering dilanda cuaca ekstrem.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2023, Jawa Barat menjadi provinsi yang paling sering dilanda cuaca ekstrem. Tercatat, provinsi tersebut dilanda cuaca ekstrem sebanyak 326 kali. Jumlah itu lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebanyak 316 kasus.
Provinsi kedua yang paling sering dilanda cuaca ekstrem ditempati Jawa Tengah. Provinsi yang masih berbatasan dengan Jawa Barat tersebut dilanda 171 kasus cuaca ekstrem sepanjang 2023. Jumlah itu jauh meningkat jika disandingkan dengan data 2022 yang hanya sebanyak 83 kasus.
Sulawesi Selatan berada di urutan ketiga sebagai provinsi yang paling sering dilanda cuaca ekstrem. Sepanjang 2023, provinsi tersebut dilanda 142 kasus cuaca ekstrem. Jumlah itu merupakan yang terbanyak di antara provinsi lainnya di Pulau Sulawesi.
Urutan keempat provinsi yang paling sering dilanda cuaca ekstrem sepanjang 2023 ditempati Jawa Timur. Sebanyak 59 kasus cuaca ekstrem telah melanda provinsi tersebut. Jumlah itu hanya berselisih 2 kasus dengan DI Yogyakarta yang berada di urutan kelima dengan total 57 kasus cuaca ekstrem.
Adapun dua provinsi berikutnya yang paling sering dilanda cuaca ekstrem sepanjang 2023 adalah Nusa Tenggara Barat dan Aceh. Nusa Tenggara Barat berada di posisi keenam dengan 52 kasus cuaca ekstrem sedangkan Aceh berada di posisi ketujuh dengan total 51 kasus.
Secara keseluruhan, total kasus cuaca ekstrem di Indonesia sepanjang 2023 sebanyak 1.261 kasus. Jumlah tersebut merupakan yang tertinggi kedua di antara kasus bencana alam lainnya.
Baca Juga: Cuaca Ekstrem Jadi Top Risiko Global 2024