Buku disebut sebagai jendela dunia. Bagi sebagian orang, buku adalah kebutuhan. Meski begitu, masih ada yang menganggap bahwa, buku tidak begitu penting. Untuk anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, buku adalah sesuatu yang sifatnya wajib.
Buku tersusun atas kata demi kata. Buku anak-anak biasanya memiliki gambar yang lebih banyak untuk membuat si kecil tertarik dan mengenalkan banyak hal pada anak. Namun, buku anak sebenarnya bukan sepenuhnya dibuat untuk dibaca langsung oleh anak-anak. Menariknya, justru orang tua-lah yang diharapkan dapat membacakan buku anak untuk anak-anaknya.
Penelitian menunjukkan bahwa frekuensi buku yang dibacakan orang tua terhadap anak dapat memengaruhi banyaknya kosakata yang dimiliki anak. Hal ini kemudian akan berpengaruh pada kelancaran buah hati dalam berbicara.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wolters Kluwet, seorang anak yang dibacakan beberapa buku setiap harinya memiliki kosakata di kisaran 1.483.300 kata pada usia 4 hingga 5 tahun. Pada usia itu, anak-anak umumnya sudah dapat berbicara dengan lancar.
Jika seorang anak dibacakan buku minimal satu setiap harinya, anak dapat memiliki kosakata sebanyak 296.660 kata pada usia 4-5 tahun. Perbedaan signifikan ini, disebut peneliti sebagai kesenjangan kata.
Anak yang dibacakan buku sebanyak 3 hingga 5 kali dalam seminggu berpotensi memiliki kosakata lebih rendah, yakni sebanyak 169.520 kata pada usia 4 hingga 5 tahun. Dengan frekuensi yang lebih sedikit lagi, yaitu 1 hingga 2 kali seminggu, seorang anak berpotensi hanya memiliki 63.570 kata di usia 4 hingga 5 tahun.
Sementara itu, anak yang tidak pernah dibacakan buku oleh orang tuanya disebut memiliki tidak lebih dari 5.000 kata yang dikuasainya pada usia 4 hingga 5 tahun. Sebanyak 4.662 kata yang dimiliki anak-anak ini didapat anak dari kegiatan belajar mengajar di Taman Kanak-kanak (TK), di mana guru membacakan buku pada muridnya.
Angka-angka tersebut berbeda cukup jauh walaupun frekuensi membaca yang tidak terlalu berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua harus berusaha lebih keras agar anak tidak memiliki kesulitan dalam mengekspresikan dirinya di kemudian hari.