Selisih Tipis, Ini Alasan Perempuan Lebih Optimis dari Laki-laki

Survei GoodStats membuktikan bahwa indeks optimisme perempuan lebih besar daripada laki-laki, dengan nilai 5,55 banding 5,45.

Indeks Optimisme Menurut Jenis Kelamin

(Juli 2025)
Ukuran Fon:

Berdasarkan Survei Indeks Optimisme 2025 yang dirilis oleh Tim Riset GoodStats, perempuan lebih optimis dari laki-laki dengan selisih skor indeks sebanyak 0,1. Skor indeks optimisme perempuan sebesar 5,55 dibanding laki-laki sebesar 5,45 dalam rentang 0-10.

Meski tipis, hal ini didukung pada dimensi budaya & kreativitas. Dengan perbedaan sejumlah 0,25, perempuan kembali mengungguli indeks optimisme dalam dimensi ini dengan skor indeks sebesar 6,86 sedangkan laki-laki memperoleh skor indeks sebesar 6,61.

Fenomena ini dijelaskan oleh Szadvari dkk. (2023) dalam penelitiannya bertajuk “Sex differences matter: Males and females are equal but not the same”. Dari sisi psikologi, perempuan lebih sering menggunakan strategi emotion-focused coping serta aktif mencari dukungan sosial karena memiliki kecenderungan lebih besar dalam empati.

Mekanisme ini mampu meningkatkan resiliensi psikologis dan menjaga keseimbangan mental ketika menghadapi tekanan, serta membantu perempuan mempertahankan harapan dan keyakinan akan masa depan meski berada pada situasi yang penuh tantangan.

Hal ini menjadi landasan mengapa perempuan menunjukkan daya tahan stres lebih tinggi yang tercermin dalam sikap optimis. Sebaliknya, tekanan sosial dan ekonomi yang lebih berat dihadapi laki-laki dapat berkontribusi terhadap pandangan lebih pesimis.

Sementara dari kacamata biologi, faktor hormonal turut berperan penting. Hormon estrogen memiliki efek neuroprotektif yang berperan dalam peningkatan plastisitas otak dan mendukung mekanisme perlindungan terhadap stres.

Hormon ini juga berpengaruh pada sistem serotonin serta dopamin yang berhubungan dengan pengaturan suasana hati, motivasi, dan stabilitas emosi sehingga cenderung lebih optimis. Sementara itu, hormon testosteron yang dimiliki laki-laki sering dikaitkan dengan perilaku agresif atau kompetitif yang dapat menurunkan stabilitas emosi.

Lebih lanjut, penelitian berjudul “Gender differences in optimism, loss aversion and attitudes towards risk” oleh Dawson (2023) mengungkapkan bahwa perempuan cenderung memiliki tingkat optimisme yang lebih tinggi, bahkan setelah memperhitungkan faktor risiko dan kerugian.

Maknanya, kecenderungan optimisme perempuan bukan sekadar efek samping dari kehati-hatian, melainkan karakter psikologis yang berdiri sendiri. Dengan ini, ia menyebutkan bahwa perempuan lebih mampu mempertahankan pandangan positif dalam menghadapi ketidakpastian.

Meski begitu, bagi laki-laki maupun perempuan, penting untuk tetap memiliki sikap optimis sebagai kunci kesejahteraan hidup. Optimisme yang baik bukan hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga berpengaruh pada ketahanan sosial dan pembangunan bangsa.

Pelaksanaan Survei Indeks Optimisme 2025 melibatkan 1.020 responden dengan 58,1% perempuan dan 41,9% laki-laki yang tersebar pada seluruh wilayah Indonesia. Dengan melakukan pengumpulan data selama sebulan, yaitu 3 Juni hingga 3 Juli 2025, metode yang digunakan dalam survei ini adalah online survey dan Forum Group Discussion (FGD).

Baca Juga: Tanda Tanya Meratanya Kualitas Pendidikan, Hanya 28% Publik yang Optimis

Sumber:

https://goodstats.id/publication/indeks-optimisme-2025-X2xNZ

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0031938422003420

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/37293710/

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook