Apa Alasan Publik RI Tak Gunakan AI?

Tidak alami dan terlalu robotik (25%) menjadi alasan utama publik RI tidak menggunakan AI, diikuti risiko kebocoran data (23%) dan ketergantungan (20%).

Alasan Publik RI Tidak Menggunakan AI

(Tahun 2025)
Ukuran Fon:

Berdasarkan survei Populix, alasan utama keraguan publik terhadap oleh kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) adalah teknologi ini dinilai terlalu robotik dan tidak alami. Sebanyak 25% responden menyebut faktor ini sebagai penyebab mereka enggan menggunakan AI, menandakan masih adanya jarak emosional antara manusia dan teknologi cerdas.

Kekhawatiran terhadap keamanan data pribadi juga menjadi sorotan besar. Sebesar 23% publik mengaku ragu menggunakan AI karena takut data pribadi mereka bocor atau disalahgunakan. Isu privasi ini menegaskan bahwa kepercayaan terhadap sistem pengelolaan data AI masih perlu mendapat perhatian.

Baca Juga: DeepSeek vs OpenAI, Mana Kecerdasan Buatan Paling Unggul?

Selain itu, 20% responden menyatakan kekhawatiran akan ketergantungan sebagai alasan menahan diri dari penggunaan AI. Di sisi lain, juga ada responden yang meragukan akurasi AI. Sebanyak 12% menilai hasil AI bisa keliru, sementara 7% lainnya menyebut ketidakjelasan sumber informasi sebagai alasan ketidakpercayaan.

Meski dengan proporsi lebih kecil, isu bias dan ketidakadilan dalam AI turut muncul dalam daftar alasan publik tidak menggunakan AI ini, yaitu dengan proporsi 5% responden. Menariknya, hanya 8% responden yang menyatakan tidak memiliki keraguan sama sekali terhadap AI.

Presiden Prabowo Subianto mengingatkan rakyat Indonesia untuk berhati-hati terhadap perkembangan teknologi, khususnya AI. Bak dua mata pisau, AI dapat membantu tapi juga menjadi ancaman bila disalahgunakan. Ia menyoroti bahaya penyebaran informasi palsu yang kini semakin mudah dilakukan.

"Teknologi bisa bantu kita luar biasa, dan kita tidak boleh takut teknologi. Tapi teknologi pun harus kita waspada, rakyat harus dikasih tahu. Karena tidak semua yang ada di sosial media itu benar dan baik. Ini sangat penting," tuturnya dalam acara Sidang Senat Terbuka Pengukuhan Mahasiswa Baru Wisuda Sarjana Dies Natalis Universitas Kebangsaan Republik Indonesia (UKRI) 2025, Bandung, Sabtu (18/10/2025).

Menurutnya, kemudahan untuk belajar berjalan seiringan dengan perkembangan teknologi di era digital. Ia menyebut berbagai platform, seperti YouTube hingga ChatGPT yang dapat dioptimalkan untuk menambah wawasan bagi generasi muda asal digunakan dengan bijak.

Pengumpulan data dalam survei bertajuk AI in Everyday Life ini melibatkan 1.100 responden pengguna AI yang didominasi oleh individu berstatus menikah dan memiliki anak, pekerja, dan tinggal di Pulau Jawa pada 10-12 Juni 2025.

Baca Juga: Bagaimana Pengaruh AI terhadap Produktivitas?

Sumber:

https://info.populix.co/data-hub/reports/ai-in-everyday-life

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook