Pesatnya perkembangan teknologi robotik mendorong masifnya pengadopsian robot di pabrik-pabrik di seluruh dunia. Dengan kecanggihannya, pekerjaan pun dapat dituntaskan dengan lebih efisien sehingga produktivitas pun meningkat signifikan. Mengingat biaya operasionalnya lebih murah, robot mulai banyak mengambil alih pekerjaan yang dulunya digarap manusia.
Berdasarkan laporan International Federation of Robotics (IFR), kepadatan robot rata-rata global pada 2023 mencapai 162 unit per 10 ribu karyawan, meningkat 7% dibanding tahun sebelumnya yang sebanyak 151 unit. Rerata kepadatan terkini tersebut menjadi rekor tertinggi, jumlahnya bahkan dua kali lipat lebih banyak dari tujuh tahun lalu.
Presiden Federasi Robotika Internasional, Takayuki Ito, mengungkapkan bahwa kepadatan robot berfungsi sebagai barometer untuk melacak tingkat adopsi otomatisasi dalam industri manufaktur di seluruh dunia. Melihat tren peningkatan kepadatannya, adopsi robot pada industri manufaktur terus berlanjut dengan kecepatan yang tinggi.
Apabila ditilik berdasarkan wilayah, Uni Eropa memiliki densitas robot tertinggi, rata-ratanya mencapai 219 unit per 10 ribu karyawan, meningkat 5,2% terhadap 2022. Amerika Utara menyusul dengan rerata densitas sebanyak 197 unit per 10.000 karyawan, naik 4,2% dari 2022.
Asia menempati posisi berikutnya dengan rata-rata kepadatan robot yang bekerja di industri manufaktur sebanyak 182 unit per 10.000 karyawan. Meskipun demikian, jajaran teratas negara yang paling banyak mengadopsi robot industri didominasi oleh negara-negara Asia.
Korea Selatan kembali mengukuhkan posisinya sebagai negara yang paling banyak mengadopsi robot pekerja, kepadatannya mencapai 1.012 unit per 10 ribu karyawan. Kendati angka tersebut tercatat masih sama dengan periode sebelumnya, IFR mengungkapkan adopsi robot di negara tersebut rata-rata tumbuh 5% sejak 2018, paling banyak diaplikasikan pada industri elektronik dan otomotif.
Posisi kedua juga masih diduduki oleh Singapura dengan rerata densitas robotnya sebanyak 770 unit per 10 ribu karyawan, meningkat 5,4% terhadap 2022. Tingginya tingkat pengadopsian robot di negara tersebut dilatarbelakangi oleh minimnya jumlah karyawan yang bekerja pada industri manufaktur, terlebih Singapura merupakan negara kecil.
China melesat ke urutan ketiga, menyalip Jerman dan Jepang. Rerata kepadatan robotnya mencapai 470 unit per 10 ribu pekerja, naik 20% dibanding periode sebelumnya. Dengan dorongan pemerintah terkait teknologi otomatisasi, kepadatan robot di negara ini meningkat pesat. Faktanya, China baru masuk daftar sepuluh besar pada 2019.
Beralih ke Eropa, Jerman menempati peringkat keempat dengan rerata kepadatan robotnya mencapai 429 unit per 10 ribu karyawan, meningkat tipis dari periode sebelumnya yang sebanyak 415 unit. Jepang melengkapi lima besar, densitasnya sebanyak 419 unit per 10 karyawan.
Secara berurutan, negara dengan rerata kepadatan robot industri tertinggi dilanjutkan oleh Swedia (347 unit), Denmark (306 unit), Slovenia (306 unit), Swiss (302 unit), dan Amerika Serikat (295 unit).
Baca Juga: Daftar Negara Asia Tenggara dengan Indeks Inovasi Global Tertinggi 2024