Fenomena angin puting beliung baru-baru ini terjadi di wilayah Jawa Barat, tepatnya di daerah Rancaekek, Kabupaten Bandung, pada Rabu (21/2/2024) silam.
Banyak spekulasi yang berkembang bahwa fenomena tersebut merupakan tornado. Namun melansir dari detikNews, Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) telah menegaskan bahwa fenomena tersebut termasuk kategori angin puting beliung dengan kecepatan angin mencapai 36,8 kilometer per jam.
Meski demikian, fenomena angin puting beliung tidaklah baru di Indonesia. BNPB mencatat sejak tahun 1977 sampai dengan Februari 2024, ada 11.456 fenomena angin puting beliung yang terjadi di berbagai daerah Indonesia.
Lantas, bagaimana statistik angin puting beliung dalam 10 tahun terakhir ini?
Menurut data statistik bencana yang dihimpun oleh BNPB, terdapat 8.567 fenomena angin puting beliung yang terjadi sepanjang 2014 hingga 2023.
Meski selama 10 tahun terakhir grafik fenomenanya cenderung dinamis, namun dapat dipastikan sejak tahun 2016 hingga 2020 data statistik kejadian terus meningkat.
Tahun 2020 juga menjadi puncak kasus angin puting beliung terbanyak, yaitu terdapat 1.486 kejadian. Adapun sepanjang 2020, fenomena angin puting beliung berhasil memakan 24 korban jiwa dan 30.731 orang menderita. Selain itu, kerusakan terjadi juga pada 20.944 rumah dan 91 bangunan pendidikan.
Meskipun 2019 memiliki jumlah kejadian yang lebih sedikit dibandingkan 2020 (tepatnya selisih 92 kejadian), namun dampak paling tinggi yang ditimbulkan bencana angin puting beliung ada pada tahun 2019.
Sepanjang tahun 2019 terdapat 39.422 orang menderita dan 290 orang terluka. Selain itu, kerusakan juga terjadi pada 33.845 rumah dan 170 bangunan pendidikan.
Di sisi lain, statistik fenomena angin puting beliung mulai melandai sejak tahun 2021. Di mana selama 10 tahun terakhir, fenomena angin puting beliung paling sedikit terjadi di tahun 2023, yaitu hanya terdapat 322 kejadian. Sedangkan, dari Januari hingga Februari 2024 baru teridentifikasi 58 kejadian saja.