Gen Z memang terkenal dengan karakteristiknya yang malas, kasar, kurang sopan, dan tidak bertanggung jawab selama berada di lingkungan kerja. Bukan hal aneh lagi melihat generasi lain yang lebih tua mengkritik cara kerja gen Z yang dinilai suka bermalas-malasan. Sayangnya, stereotype ini sudah mendarah daging di hampir seluruh lingkungan kerja di tanah air, sehingga membuat image gen Z jadi buruk.
Melansir Indonesia Gen Z Report 2024 yang dikeluarkan oleh IDN Research Institute, sebenarnya gen Z di Indonesia itu mengutamakan gaji ketika mencari pekerjaan. 78% responden mengaku mengedepankan gaji dan bonus saat mencari pekerjaan yang tepat untuknya.
Sementara itu, 60% mengungkapkan ingin mendapat pekerjaan yang bisa meningkatkan prospek karirnya di masa yang akan datang. 53% gen Z mengaku lingkungan kerja dan budaya perusahaan jadi faktor penting yang dipertimbangkan ketika mencari pekerjaan.
Selain beberapa alasan di atas, lokasi kantor, fleksibilitas jam kerja, stabilitas pekerjaan, dan juga kredibilitas perusahaan menjadi segelintir faktor yang dipertimbangkan gen Z ketika mencari pekerjaan.
Meski gaji menduduki posisi pertama, gen Z nyatanya juga menekankan pada pentingnya mencari pekerjaan yang bisa membantu pertumbuhan karirnya ke jenjang yang lebih baik di masa depan. Gen Z menginginkan pekerjaan yang bisa meningkatkan kemampuan dan mendorong pertumbuhan dalam organisasi. Hal ini tentunya berlawanan dengan stereotype yang dicap di anak-anak gen Z yang katanya tidak bertanggung jawab dalam pekerjaannya.
Salah satu alasan utama lahirnya stereotype tersebut adalah halangan komunikasi. Pandemi COVID-19 mengakibatkan kebanyakan pekerjaan dilakukan secara WFH atau WFA, lantas membatasi interaksi antar atasan dengan karyawannya. Komunikasi yang efektif sejatinya bisa menjadi jawaban untuk mengatasi pandangan tersebut.
Editor-In-Chief dari FORTUNE Indonesia, Hendra Soeprajitno, juga setuju akan pentingnya komunikasi dalam dunia kerja. "Jangan biarkan sistem kerja hybrid malah mengurangi interaksi manusia. Karena dalam kasus apa pun, komunikasi offline, walau membutuhkan waktu, usaha, dan biaya yang lebih banyak, masih lebih efektif ketimbang komunikasi online," ungkapnya, mengutip Indonesia Gen Z Report 2024.