Bahan bakar nabati adalah bahan bakar yang dihasilkan dari sumber daya alam yang dapat diperbarui seperti tanaman atau limbah organik. Produksi bahan bakar nabati biasanya memerlukan penggunaan lahan yang signifikan. Di beberapa negara Asia Tenggara, produksi bahan bakar nabati menjadi semakin penting untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan memperbaiki lingkungan hidup.
Indonesia merupakan salah satu produsen biofuel terbesar di Asia Tenggara. Produksi bahan bakar nabati di Indonesia didominasi oleh produksi biodiesel dari minyak kelapa sawit. Pada tahun 2020, sekitar 30% lahan pertanian di Indonesia digunakan untuk menanam kelapa sawit. Namun, penggunaan lahan untuk produksi kelapa sawit telah menuai kritik karena dampak lingkungan yang signifikan seperti deforestasi dan hilangnya habitat satwa liar.
Malaysia juga merupakan produsen biodiesel terbesar di Asia Tenggara dan juga menggunakan kelapa sawit sebagai bahan baku utama. Sebagai akibatnya, sekitar 5,8 juta hektar lahan di Malaysia digunakan untuk menanam kelapa sawit.
Thailand juga memiliki sektor produksi biodiesel yang berkembang, meskipun jumlahnya tidak sebesar Indonesia dan Malaysia. Pada tahun 2019, sekitar 6,4% dari lahan pertanian di Thailand digunakan untuk menanam tanaman penghasil minyak seperti kelapa sawit, jarak pagar, dan biji bunga matahari.
Filipina memiliki potensi besar dalam produksi bahan bakar nabati, terutama dengan penggunaan kelapa sebagai bahan baku utama. Selain itu, Filipina juga memproduksi bioethanol dari jagung. Namun, produksi biofuel di Filipina masih terbatas dan sebagian besar lahan pertanian digunakan untuk produksi pangan.
Vietnam juga memiliki potensi dalam produksi biofuel, terutama dengan penggunaan jagung sebagai bahan baku untuk bioethanol. Pada tahun 2019, sekitar 2,7% lahan pertanian di Vietnam digunakan untuk menanam jagung.