Wakil Presiden Republik Indonesia Gibran Rakabuming Raka beberapa waktu lalu menyoroti peluang puncak bonus demografi yang akan dihadapi Indonesia satu dekade mendatang. Dalam sebuah video yang pada April lalu diunggah di kanal Youtube pribadi miliknya, Gibran Rakabuming, Gibran menyebut adanya potensi besar yang dimiliki bangsa Indonesia jika mampu memanfaatkan keunggulan jumlah penduduk usia produktif secara maksimal. Menurutnya, Indonesia akan berada di puncak bonus demografi tersebut pada tahun 2030-2045.
Berkaitan dengan pernyataan tersebut, jika bonus demografi Indonesia tidak dimanfaatkan dengan baik, maka akan menimbulkan dampak negatif berupa tingginya tingkat pengangguran, apalagi jika tidak diimbangi dengan lapangan kerja yang memadai. Contoh nyata terlihat dari adanya 25 ribu pencari kerja memperebutkan 2.517 lowongan pekerjaan di Job Fair Bekasi beberapa waktu lalu. Padahal, Indonesia belum mencapai puncak bonus demografi di tahun ini, tetapi lautan pencari kerja tidak sebanding dengan lowongan kerja yang tersedia.
Per tahun 2025, mendekati tahun puncak bonus demografi, International Monetary Fund (IMF) dalam World Economic Outlook edisi April 2025 mencatat jumlah pengangguran (unemployment rate) di Indonesia mencapai 5%. Angka ini naik dari semula berada di 4,9% pada tahun 2024 dan diprediksi akan terus naik menjadi 5,1% di tahun 2026. Indonesia pun berada di posisi ketujuh di Asia sekaligus pertama di Asia Tenggara.
Secara nasional, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa angka pengangguran di Indonesia hingga Februari 2025 mengalami peningkatan menjadi 7,28 juta orang atau 4,76% dari angkatan kerja sebanyak 153,05 juta orang. Jumlah itu naik dari Februari 2024 yang berjumlah 7,19 juta orang.
Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2025 justru mengalami penurunan sebesar 4,76%, meski jumlah penganggur meningkat. Hal ini terjadi lantaran tingkat penyerap dan penduduk yang bekerja jauh lebih tinggi yakni 2,52%, dibandingkan dengan peningkatan pengangguran yang sebesar 1,11%. Berdasarkan tingkat pendidikan, menurut data BPS, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mencatatkan jumlah pengangguran tertinggi. Disusul SMA, universitas, diploma, SMP, baru SD.
Peningkatan angka pengangguran ini berbarengan dengan fenomena PHK massal yang terjadi belakangan ini. Berdasarkan data laporan dari Kemnaker, jumlah korban PHK mencapai 26.455 orang hingga Mei 2025. Jumlah ini mengalami peningkatan 5.000 orang dari bulan Januari-Mei tahun 2024.
Baca Juga: Tingkat Pengangguran Indonesia Tertinggi di ASEAN