Tingkat pendidikan adalah salah satu standar dalam mengukur seberapa maju suatu negara. Di negara-negara maju, akses terhadap pendidikan terbuka secara luas dan mudah, berbeda dengan di negara-negara berkembang.
Melansir UNESCO, jumlah siswa di seluruh dunia berkembang pesat dari tahun ke tahun, menunjukkan peningkatan kesadaran akan pentingnya edukasi. Tak terkecuali di Indonesia. OECD menyebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat pertama negara dengan persentase lulusan SMP terbanyak di tahun 2023. Sebanyak 62,1% penduduk Indonesia merupakan lulusan SMP.
Namun sayangnya, penduduk Indonesia dengan lulusan SMA dan perguruan tinggi masih rendah dibandingkan negara maju lain. Situasi pendidikan di Indonesia semakin menurun akibat imbas dari pandemi COVID-19. Banyak daerah yang belum siap melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Melansir Tempo, Komisioner KPAI Retno Listyarti mengungkapkan salah satu penyebab menurunnya kualitas pendidikan Indonesia adalah banyak daerah yang belum siap masuk ke era digital. “Kendala pembalajaran terjadi karena keragaman kondisi keluarga peserta didik, kondisi daerah di seluruh Indonesia, dan kesenjangan digital yang begitu luas antar daerah di Indonesia,” tuturnya.
Hingga saat ini, masalah pendidikan masih menjadi PR besar bagi pemerintah. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidkan saja tidak cukup. Perlu ada dukungan dan tunjangan yang memadai bagii seluruh tatanan masyarakat Indonesia agar dapat memperoleh pendidikan sebagaimana mestinya.
Urutan kedua negara dengan persentase lulusan SMP tertinggi dipegang oleh Meksiko, dengan perolehan nilai 58,4%. Turkey menyusul tipis di urutan ketiga dengan 58,3%.
Sementara itu, Rusia menjadi negara dengan lulusan SMP paling sedikit di 2023, yakni sebesar 4,8% saja dari total populasi. Meski begitu, mayoritas penduduk Rusia merupakan lulusan pendidikan tinggi (sarjana, magister, atau doktor), yakni sebesar 56,7%.