Menurut laporan S&P Global Market Intelligence, Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia anjlok pada April 2025. Hal ini disinyalir akibat turunnya permintaan, yang mendorong tingginya risiko pemutusan hubungan kerja (PHK).
PMI ini disusun berdasarkan survei terhadap kalangan manajerial dari ratusan sampel perusahaan. Indikator yang dinilai adalah kenaikan volume produksi, jumlah pesanan ekspor dan domestik, jumlah tenaga kerja, jangka waktu pengiriman supply, dan juga stok bahan yang dibeli perusahaan.
Skor PMI berada dalam rentang 0-100. Skor di bawah 50 berarti ada pelemahan atau kontraksi, skor 50 berarti stabil dan tidak ada perubahan berarti, dan skor di atas 50 mencerminkan penguatan atau ekspansi dibandingkan bulan sebelumnya.
Bulan lalu, skor PMI manufaktur Indonesia anjlok, berada di angka 46,7 poin, menjadi yang terendah dalam 3 tahun terakhir. Pada Maret 2025, PMI manufaktur Indonesia berada di angka 52,4 poin, sedikit turun dari Februari 2025 yang sebesar 53,6 poin.
Kontraksi ini terutama terjadi pada output dan permintaan baru. Jumlah tenaga kerja dan aktivitas pembelian juga menurun. Sebagai respons, perusahaan pun memasuki mode pengurangan tenaga kerja dengan mengurangi aktivitas pembelian dan perekrutan pada Triwulan II 2025 ini. Perusahaan juga memilih mengurangi tingkat inventaris dengan memanfaatkan stok input dan barang jadi untuk memenuhi pesanan.
“Sektor manufaktur Indonesia memasuki Triwulan II 2025 dengan catatan kurang baik, kontraksi pertama dalam 5 bulan di tengah penurunan tajam pada penjualan dan output. Terlebih lagi, headline PMI menunjukkan tanda-tanda penurunan tajam pada kesehatan sektor sejak Agustus 2021,” tutur Ekonom S&P Global Market Intelligence, Usamah Bhatti, dalam keterangan resmi, Jumat (2/5/2025).
“Perkiraan tahun mendatang terlihat positif, perusahaan berharap produksi naik karena kondisi ekonomi akan membaik dan daya beli klien dan pelanggan akan menguat. Namun demikian, ketidakpastian waktu pemulihan menurunkan harapan beberapa perusahaan,” lanjutnya.
Baca Juga: Industri Manufaktur Sumbang 18,98% terhadap PDB Indonesia