Tampaknya, julukan ‘bencana langganan’ untuk banjir sudah harus dikaji ulang. Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bahwa tren kejadian bencana banjir kian menurun pada semester pertama tahun 2025.
Pada awal tahun 2025, telah terjadi sebanyak 244 kejadian banjir di Indonesia. Angka ini menjadikan Januari sebagai bulan dengan kejadian banjir tersering sepanjang semester pertama.
Memasuki bulan berikutnya, jumlah kejadian banjir menurun hingga setengahnya. Pada bulan Februari, frekuensi bencana banjir di Indonesia terjadi sebanyak 113 kali.
Walaupun sempat mengalami kenaikan di bulan Maret, yaitu sebanyak 189 kejadian, jumlahnya kembali mengalami penurunan hingga 99 kejadian pada bulan April.
Angka ini mulai memperlihatkan konsistensi karena meski kembali terjadi penambahan di bulan Mei menjadi 121 peristiwa, bulan Juni menunjukkan pengurangan yang drastis hingga kejadian bencana banjir yang terjadi pada bulan tersebut hanya sebanyak 60 kali, menjadikan Juni sebagai bulan dengan kejadian banjir terjarang sepanjang semester pertama tahun 2025.
Maka, keseluruhan jumlah bencana banjir yang yang telah terjadi pada semester ini ialah sebanyak 826 kali kejadian.
Meski begitu, penting untuk memastikan bahwa mitigasi banjir terus diterapkan agar bencana ini semakin diminimalisir kejadiannya.
Peneliti banjir dan dosen Teknik Geomatika Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Arif Rohman mengungkapkan bahwa urbanisasi yang pesat membuat air kehilangan tempat resapannya, sehingga aliran permukaan meningkat drastis dan menyebabkan genangan.
“Alih-alih terus menyalahkan cuaca atau kondisi geografis, pendekatan yang lebih tepat adalah memahami bahwa banjir pasti terjadi, tetapi dampaknya bisa dikurangi. Hal ini telah menjadi kesepakatan dalam studi kebencanaan melalui pendekatan pengurangan risiko bencana (disaster risk reduction atau DRR),” jelasnya, Sabtu (18/1/2025).
Strategi DRR dapat diterapkan melalui berbagai upaya mitigasi, seperti peningkatan kapasitas drainase, penerapan konsep kota spons (sponge city), dan optimalisasi lahan hijau sebagai daerah resapan.
Menurutnya, masih banyak kota yang mengandalkan solusi jangka pendek, seperti pompa air dan peninggian tanggul yang hanya bersifat sementara dan tidak menyelesaikan akar permasalahan.
Ia berharap seluruh pemangku kepentingan, meliputi pemerintah hingga komunitas lokal mengambil andil dalam penyelesaian masalah ini, karena diperlukan pertimbangan keterkaitan antara wilayah hulu, tengah, dan hilir untuk memahami solusi yang tepat dalam menanggulangi bencana banjir.
Data jumlah kejadian banjir pada semester pertama tahun 2025 ini dipaparkan melalui Bidang Pusat Pengelolaan Data dan Sistem Informasi (PDSI) Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan (Pusdatinkom) dalam laporan bulanan yang dirilis.
Baca Juga: Karhutla dan Banjir Jadi Bencana yang Paling Sering Terjadi Juni 2025
Sumber:
https://bnpb.go.id/informasi-bencana
https://www.itera.ac.id/banjir-perkotaan-pasti-datang-tapi-bisa-dikendalikan/