Aliansi Jurnalis Independen (AJI) telah merilis laporan terbarunya dengan judul Keluar dari Mulut Harimau, Masuk ke Mulut Buaya yang mengungkapkan bahwa serangan atau insiden digital terhadap jurnalis masih marak terjadi pada tahun 2024.
Meskipun hingga pekan ketiga November 2024, jumlah serangan atau insiden tercatat lebih sedikit (10 kasus) dibandingkan tahun sebelumnya (16 kasus), tetapi dampaknya tetap berpotensi mengganggu kerja jurnalis dan media.
AJI menemukan serangan yang terjadi di antaranya berupa peretasan email, pembekuan akun media sosial oleh platform, doxing, hingga phishing. Beragam serangan itu memiliki kesamaan pola, tidak diketahui pelakunya. Ada juga kejadian peretasan email yang patut diduga bermula dari kebocoran data.
"Khusus terhadap jurnalis, AJI mencatat sedikitnya ada tiga serangan digital terhadap jurnalis atau awak media selama tahun 2024," tulis AJI dalam laporannya.
Berdasarkan kategorinya, insiden pengambilan akun media sosial menjadi yang terbanyak di 2024, yakni 4 kasus. Diikuti oleh kasus doxing (2 kasus), pengambil alihan email (2 kasus), kasus suspend akun media sosial (1 kasus), dan satu kasus lain yang tidak teridentifikasi.
Di sisi lain, data yang cenderung fluktuatif ini mencerminkan pengelola media dan jurnalis masih kesulitan untuk melakukan mitigasi terkait kekerasan berbasis digital. Selama 5 tahun terakhir, tahun 2021 mencatat yang tersedikit yaitu sebanyak 5 kasus, sedangkan yang tertinggi adalah tahun 2023 sebanyak 16 kasus.
AJI menambahkan, bahwa sebenarnya masih banyak kasus yang tidak terlaporkan dan terdokumentasi oleh AJI dikarenakan sejumlah sebab. Misalnya, seperti beberapa kasus bisa ditangani secara mandiri, melaporkan dan dicatat oleh lembaga lain, serta ada juga yang membiarkan.
Baca Juga: 63% Jurnalis Alami Sensor Berita