Diskursus “gen Z tidak bisa beli rumah” kian marak beberapa waktu belakangan ini. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, seperti yang dilansir dalam Jawa Pos, mengakui bahwa tingginya harga lahan yang dibarengi dengan risiko kenaikan bunga terus menerus membuat generasi muda dengan pendapatannya cenderung stagnan tak sanggup membeli rumah idaman.
Oleh karena itu, sebagian gen Z lebih mempertimbangkan untuk menyewa tempat tinggal ketimbang mengikuti cicilan pembelian rumah yang memakan waktu yang panjang dan biaya yang tidak sedikit.
Jakpat dalam surveinya bertajuk Property Perspective from Gen Z melaporkan bahwa 36% gen Z merasa belum siap secara finansial untuk membeli properti, sementara alasan lain yang mendorong gen Z memilih untuk menyewa properti adalah harga sewa yang lebih murah (22%), lokasi lebih strategis (18%), dan ketentuan rotasi lokasi kerja (11%).
Berapa yang Disisihkan Gen Z untuk Menyewa Tempat Tinggal?
Survei menunjukan bahwa rata-rata biaya sewa tempat tinggal gen Z adalah Rp2,6 juta per bulan. Mayoritas gen Z (49%) menghabiskan sekitar Rp1-5 juta dalam sebulan. Dengan persentase yang tidak terlalu jauh, 41% gen Z tinggal di tempat tinggal dengan biaya sewa yang tidak mencapai Rp1 juta per bulan.
Sejumlah kecil responden (9%) membayar uang sewa sebesar Rp5-10 juta per bulan. Hanya 1% gen Z yang menyewa tempat tinggal dengan biaya bulanan yang mencapai lebih dari Rp10 juta per bulan.
Adapun properti yang disewa gen Z sebagai tempat tinggal adalah kos, apartemen, rumah kontrak, ruko, dan beberapa opsi lainnya. Rata-rata durasi sewa properti adalah 1-3 tahun, dengan beberapa responden menyatakan bahwa mereka menyewa kurang dari satu tahun, dan ada juga yang berencana tinggal di properti sewaan hingga lebih dari 10 tahun ke depan.
Baca Juga: 4 Alasan Gen Z Pilih Ngekos Setelah Menikah
