Gejolak ekonomi tengah dirasakan oleh Indonesia dimana harga barang-barang menjadi lebih tinggi. Spesifikasi harga tiap sektor mengalami ketidakstabilan harga.
Namun, disebutkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa pada bulan Januari 2025 telah terjadi deflasi -0,76% dibanding Desember 2024 yang menyentuh angka inflasi 0,44%.
Bisa dikatakan, perbedaan yang tidak terlalu jauh terdapat pada bulan Mei hingga September 2024. Angka yang ditunjukkan dari bulan Mei-September 2024 adalah -0,03%, -0,08%, -0,03%, dan -0,12%. Nilai di bawah angka nol kembali terjadi pasca terlewati dua bulan pada angka 0,08% di November 2024 dan 0,44% di Desember 2024.
Inflasi dikelompokkan pada dua jenis, y-to-y dan m-to-m. Untuk perhitungan inflasi Januari 2025 yang dikeluarkan oleh BPS pada 3 Februari 2025, memakai perhitungan perbulan atau m-to-m.
Komponen yang dipertimbangkan dalam bagan perhitungan ini mencakup 11 sektor kehidupan, yaitu makanan, minuman, dan tembakau; pakaian dan alas kaki; perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga; perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga; kesehatan; transportasi; informasi, komunikasi, dan jasa keuangan; rekreasi, olahraga, dan budaya; pendidikan; penyediaan makanan dan minuman/restoran; serta perawatan pribadi dan jasa lainnya.
Sektor dengan besaran angka inflasi paling kecil terdapat pada tiga kelompok pengeluaran, termasuk perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga pada -9,16%.
Disusul dengan kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau pada angka -0,76%, serta informasi, komunikasi, dan jasa keuangan di -0,08%.
Beberapa hal yang mempengaruhi keadaan ekonomi pada saat ini adalah diskon listrik dari PT PLN dan kebijakan bernama Penyesuaian Batasan Harga Jual Eceran (HJE) Hasil Tembakau Buatan Dalam Negeri.
Baca Juga: Daftar Ekonomi Manufaktur Terbesar Dunia, Cek Posisi Indonesia!