Miris! Perbandingan Jumlah Korban Kejahatan Berstatus Mahasiswa Tahun 2021 hingga Kuartal Kedua 2024

Jumlah korban berstatus mahasiswa terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Per kuartal kedua 2024, korban mahasiswa capai 30.207.

Jumlah Korban Kejahatan Berstatus Mahasiswa (2021-Kuartal Kedua 2024)

Sumber: EMP Pusiknas Bareskrim Polri
GoodStats

Angka jumlah korban setiap tahunnya terus mengalami perubahan karena kejahatan pun terus terjadi sepanjang tahun. Berdasarkan data EMP Pusiknas Bareskrim Polri mengenai data korban kejahatan, mahasiswa jadi salah satu kelompok yang sering kali jadi korban. Data menunjukkan adanya kenaikan jumlah korban kelompok mahasiswa dari tahun ke tahun.

Pada 2021, sebanyak 12.342 mahasiswa jadi korban kejahatan di Indonesia. Angka ini mencakup 6,5% dari total korban kejahatan (187.777) pada tahun tersebut. Jumlah ini rendah dibandingkan dengan tahun-tahun berikutnya.

Adapun kenaikan terjadi pada 2022 dimana jumlah mahasiswa yang jadi korban naik nyaris dua kali lipat dari tahun sebelumnya, yakni mencapai 23.519. Dibandingkan total data korban kejahatan (232.069), maka 10,1% korban merupakan mahasiswa.

Pada 2023, ada lonjakan jumlah korban berstatus mahasiswa. Sebanyak 50.604 mahasiswa jadi korban dan angka ini jadi yang tertinggi antara 2021 hingga 2023. Terhitung 12,6% dari keseluruhan korban (398.987) masuk kelompok mahasiswa.

Sebagai tambahan, data yang sama juga mengungkap jumlah mahasiswa dalam data korban per kuartal kedua 2024. Tahun ini, ada 30.207 korban berstatus mahasiswa. Artinya, korban dalam kelompok tersebut mencakup 15,1% dari total keseluruhan korban (199.343). Peningkatan pun dapat terjadi seiring berjalannya waktu.

Fakta miris menunjukkan bahwa 51 pelajar dan mahasiswa di Indonesia menjadi korban pembunuhan pada periode 1 Januari hingga 10 Mei 2024. Mirisnya lagi, sebanyak 20 pelajar dan mahasiswa bahkan telah ditetapkan sebagai terlapor dari total 424 jumlah terlapor.

Psikolog mengatakan bahwa lingkungan memiliki andil dalam proses pertumbuhan anak. Lingkungan yang tidak ideal dapat memunculkan hasrat membunuh pada anak. Parahnya, anak pun dapat benar-benar menjadi pembunuh.

"Secara sosial, hal itu bisa bertentangan sebenarnya. Di mana anak itu bergaul, dengan siapa anak bergaul, lingkungan kemasyarakatan, dan lingkungan di mana anak itu lebih banyak menghabiskan waktunya. Hal itu bisa memengaruhi pembentukan kepribadian itu sendiri,” ujar Irma Gustiana melansir IDN Times.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook