Kemajuan teknologi di zaman sekarang semakin menambah permintaan akan perangkat elektronik. Mulai dari komputer pribadi hingga chip, beberapa perangkat elektronik tersebut rupanya dibuat dan diekspor dari negara-negara tertentu.
McKinsey Global Institute merilis diagram interaktif mengenai pasar ekspor di seluruh dunia. Salah satu komoditas yang diangkat oleh McKinsey adalah negara-negara yang paling banyak mengekspor barang elektronik. Sebagai catatan, data yang tersedia adalah hasil penelitian di tahun 2021.
Di peringkat pertama terdapat Cina sebagai negara pengekspor perangkat elektronik terbesar. Menurut McKinsey, Negeri Tirai Bambu ini menguasai 34% pasar ekspor global untuk perangkat elektronik di tahun 2021 dengan perkiraan nilai 1,4 triliun USD.
Dua negara Asia lain, yaitu Taiwan dan Korea Selatan turut menyusul di peringkat kedua dan ketiga. Taiwan turut berperan besar dalam ekspor perangkat elektronik, sebab banyak perusahaan ternama berasal dari Taiwan, seperti TMSC. Di tahun 2021, Taiwan memiliki 11% total ekspor perangkat elektronik dari seluruh dunia. Sementara itu, Korea Selatan yang menjadi rumah bagi beberapa perusahaan elektronik terkenal seperti Samsung dan LG menguasai 7% pasar ekspor perangkat elektronik dunia.
Vietnam dan Malaysia hadir dalam daftar ini, menjadikannya sebagai perwakilan dari Asia Tenggara. Vietnam yang menduduki posisi keempat dan Malaysia yang berada di posisi kelima sama-sama berhasil menguasai 5% pasar ekspor perangkat elektronik dunia.
Jepang sebagai negara dengan inovasi teknologinya tidak bisa terlepas dari daftar ini. Menduduki posisi keenam, Jepang menguasai setidaknya 4% jumlah ekspor global untuk perangkat elektronik.
Amerika Serikat lantas berhasil mengokohkan eksistensinya di peringkat ke tujuh. Sepanjang tahun 2021, Negeri Paman Sam ini berhasil menguasai 4% ekspor perangkat elektronik global. Visual Capitalist mencatat bahwa Amerika memang tidak banyak memproduksi perangkat elektronik di dalam negeri.
“Alih-alih memproduksi barang elektronik di dalam negeri, AS melakukan outsourcing teknologi ke negara-negara yang biaya produks dan tenaga kerjanya lebih rendah,” tulis Visual Capitalist.