Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2023 menunjukkan bahwa Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan provinsi dengan angka buta aksara tertinggi untuk penduduk berusia diatas 45 tahun, yaitu sebesar 26,48%. Urutan kedua ditempati oleh Papua dengan angka buta aksara sebesar 22,26%.
Angka buta aksara memang tercatat lebih tinggi di kelompok usia diatas 45 tahun. Di Indonesia, sebanyak 8,04% penduduk di kelompok usia tersebut buta aksara. Proporsinya jauh lebih rendah di kelompok usia 15-44 tahun yang sebesar 0,47%.
Buta aksara sendiri adalah ketidakmampuan untuk membaca dan menulis. Dilansir laman Dinas Pendidikan Purwakarta, buta aksara dapat diartikan sebagai ketidakmampuan memahami isi bacaan, mengungkapkan isi bacaan dalam tulisan, bercerita atau berbicara dalam beragam bentuk.
Buta aksara berkaitan erat dengan kemampuan dasar membaca dan menulis yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti membaca surat kabar, buku, tanda jalan, dan mengisi dokumen administratif.
Orang yang buta aksara tidak dapat mengenali huruf, angka, atau teks sehingga mengalami kesulitan saat memahami informasi tertulis. Di Indonesia, masalah buta aksara sering kali terkait dengan akses terbatas terhadap pendidikan formal, terutama di daerah terpencil atau bagi kelompok masyarakat yang kurang terjangkau oleh fasilitas pendidikan.
Baca Juga: Aksara Paku, Aksara Pertama yang Diciptakan Manusia dalam Sejarah