Mobile game menjadi bentuk video game yang paling digemari oleh masyarakat di wilayah Asia Tenggara. Hal ini dikarenakan mobile game dianggap jauh lebih aksesibel dan praktis, dapat dimainkan kapan saja dan di mana saja melalui smartphone.
Tak hanya bermain game saja, masyarakat dari negara-negara Asia Tenggara pun melakukan pembelian dalam game (in-app purchase) untuk meningkatkan pengalaman bermainnya. Biasanya, gamers melakukan pembelian mata uang dalam game menggunakan mata uang asli, yang nantinya dapat ditukarkan dengan karakter, skin karakter, energi atau stamina, dan sebagainya.
Pembelian dalam game ini tentunya memberikan keuntungan kepada perusahaan yang mengembangkan sekaligus merilis mobile game. Menurut Sensor Tower, Thailand memimpin dalam pendapatan mobile game di Asia Tenggara dengan jumlah pembelian dalam game sebesar US$162 juta pada Kuartal I 2025. Hal ini dikarenakan infrastruktur pembayaran digital di Thailand yang kuat dan penerimaan budaya yang lebih besar terhadap pengeluaran biaya dalam aplikasi.
Indonesia berada pada posisi kedua dengan jumlah pembelian dalam mobile game sebesar US$118 juta, naik 1% dibandingkan kuartal sebelumnya. Malaysia mengisi urutan ketiga yang mengalami kenaikan pendapatan mobile game sebesar 7% dengan jumlah US$103 juta.
Lebih lanjut, Singapura berada pada deretan keempat dengan jumlah pengeluaran masyarakatnya untuk mobile game mencapai US$94 juta. Posisinya disusul Filipina dengan jumlah pembelian dalam mobile game sebesar US$73 juta, meskipun turun 2% dari tahun sebelumnya.
Pada urutan keenam, terdapat Vietnam dengan pendapatan mencapai US$71 juta, naik 10% dibandingkan kuartal lalu. Sedangkan Kamboja mengalami penurunan sebanyak 8%, sehingga jumlah pembelian dalam game hanya mencapai US$4 juta.
Baca Juga: Free Fire Menjadi Game dengan Pendapatan Terbanyak Untuk Pemain Indonesia
Sumber:
https://sensortower.com/blog/southeast-asia-mobile-gaming-2025