Saat ini kehidupan manusia modern tidak dapat dipisahkan dari teknologi. Mulai dari bangun tidur hingga kembali terlelap di malam hari, kehidupan manusia modern hampir selalu bersinggungan dengan teknologi.
Tingginya penggunaan teknologi tentunya akan meningkatkan permintaan produksi baterai. Salah satu bahan baku untuk produksi baterai adalah kobalt. Kobalt sendiri merupakan produk tambang yang merupakan hasil sampingan dari tambang logam lain seperti nikel, tembaga, dan besi.
Berdasarkan data dari Cobalt Institute, hanya 2% kobalt di dunia yang berasal dari tambang khusus kobalt, sebanyak 38% kobalt dunia dihasilkan dari pertambangan nikel, dan 60% lainnya dihasilkan dari tambang tembaga. Hal tersebut terjadi karena umumnya kobalt ditemukan dalam bentuk endapan yang masih menyatu dengan unsur logam lainnya.
Seiring tambang nikel yang bermunculan di Indonesia, tentunya produksi kobalt juga ikut meningkat. Berdasarkan data United States Geological Survey (USGS), pada tahun 2024 Indonesia memproduksi 28.000 metrik ton kobalt, setara dengan 10% dari produksi global dunia. Raihan tersebut membawa Indonesia menjadi produsen kobalt terbesar kedua pada tahun 2024.
Republik Demokratik Kongo jadi jawara dalam hal produksi kobalt, pada tahun 2024 produksi kobalt Republik Demokratik Kongo mencapai 220.000 metrik ton, setara dengan 70% produksi global. Selain jadi jawara dalam hal produksi, Republik Demokratik Kongo juga memiliki cadangan kobalt terbesar di dunia, mencapai enam juta metrik ton.
Rusia keluar di posisi ketiga dengan produksi kobalt sebesar 8.700 metrik ton. Kanada dan Filipina masuk ke dalam lima besar, Kanada menempati posisi keempat dengan produksi kobalt sebesar 4.500 metrik ton, kemudian Filipina duduk di urutan kelima dengan total produksi di angka 3.800 metrik ton.
Australia menempati posisi keenam dengan produksi kobalt di angka 3.600. Kuba jadi satu-satunya negara dari benua Amerika yang masuk ke daftar sepuluh besar dengan produksi kobalt sebanyak 3.500 metrik ton. Papua Nugini menempati posisi kedelapan dengan jumlah produksi sebesar 2.800 metrik ton.
Turki keluar di peringkat kesembilan dengan produksi kobalt di angka 2.700 metrik ton. Madagaskar jadi penutup sepuluh besar dengan produksi kobalt sebesar 2.600 metrik ton.
Baca Juga: Indonesia Siap Bersaing di Pasar Produksi Baterai Kendaraan Listrik Global