Rupiah Melemah Mendekati Krisis Moneter 1998

Pada April 2024 nilai tukar rupiah menyentuh angka Rp16.249 terhadap terhadap Dolar Amerika Serikat. Sejak 2000 ini pertama kalinya menyentuh Rp16.000.

Rupiah masih dalam perjalanannya mengalami perubahan yang begitu dinamis. Sedikit bicara mengenai sejarah di Indonesia, tepatnya pada tahun 1998, masa ketika terjadinya krisis moneter. Salah satu tandanya adalah melemahnya nilai tukar Rupiah. Kondisi tersebut tentunya memberikan pengaruh besar dalam ekonomi indonesia.

Menilik jurnal Bulletin of Monetary Economics and Banking (BMEB), Bank Indonesia menjelaskan bahwa krisis moneter telah melanda Indonesia sejak awal Juli 1997. Setelah berlangsung hampir dua tahun, krisis moneter tersebut mengakibatkan krisis ekonomi, yakni lumpuhnya kegiatan ekonomi karena semakin banyak perusahaan yang tutup dan meningkatnya jumlah pekerja yang menganggur.

Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI melalui laman Satu Data merilis data nilai tukar Rupiah. Tercatat pada April 2024, nilai tukar Rupiah menyentuh angka Rp16.249 terhadap terhadap Dolar Amerika Serikat. Terpantau sejak tahun 2000, ini pertama kalinya Rupiah menyentuh angka Rp16.000.

Tentunya kembali timbul tanda tanya, akankah krisis moneter terulang kembali seperti yang terjadi di tahun 1998 lalu?

Pada Juni 1998 lalu, peningkatan nilai Rupiah tertinggi mencapai Rp16.800. Namun, kemudian Juni 1999 menurun tajam sebesar 59,52% menjadi Rp6.800. Nilai tukar pada saat krisis moneter kurang lebih hanya berbeda Rp551 dengan angka nilai tukar saat April tahun ini.

Anjloknya nilai tukar Rupiah tahun ini menjadi masalah yang harus diperhatikan khusus. Pemerintah perlu memberikan kebijakan dalam permasalahan ekonomi ini. Tak hanya itu kerja sama masyarakat juga diperlukan untuk menguatkan nilai Rupiah.

Melalui siaran pers Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara yang dimuat Tempo, kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini masih kuat untuk bisa menahan laju pelemahan Rupiah yang terjadi selama dua hari pasca-libur panjang Lebaran 2024.

"Setelah libur Lebaran dibuka di Selasa (16/4), terjadi beberapa perubahan. Kita melihat bahwa dalam dua hari ini telah mereda, tentu kita berharap tidak terjadi eskalasi konflik di global," ungkapnya.

Laman resmi pemberitaan siaran pers Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dalam menghadapi dampak guncangan (shock) geopolitik global yang saat ini terjadi.

“Ketenangan dan rasionalitas dari masyarakat, serta koordinasi antar-otoritas terkait, merupakan faktor kunci dalam menghadapi dinamika perekonomian global yang saat ini terjadi," ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

Dengan melakukan pendaftaran akun, saya menyetujui Aturan dan Kebijakan di GoodStats Data

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook