Jelang hari raya Idulfitri, ada sebuah pertanyaan umum yang bisa menjadi perusak suasana hati bagi orang yang masih melajang. Pertanyaan itu biasa dilontarkan oleh keluarga dan kerabat saat bersilaturahmi. Apalagi kalau bukan,“Kapan nikah?” Bagi yang statusnya masih sendiri, pertanyaan semacam ini acap kali membuatnya menghindar dari acara silaturahmi keluarga dan pada akhirnya malah dicap sombong.
Menurut survei yang dilakukan oleh Populix pada 2025, 61% responden menilai usia 25-30 tahun adalah waktu yang paling ideal untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Rentang usia 20-25 tahun berada di peringkat kedua dengan 32%. Rentang usia 30-35 tahun mencapai 7% dan usia di atas 35 tahun sebanyak 1%. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran tren nikah muda yang semakin ditinggalkan.
Umur memang menjadi patokan umum bagi masyarakat Indonesia untuk menikah. Namun setiap orang memiliki keputusan yang berbeda-beda dalam hidupnya. Alasan utama responden belum menikah biasanya karena belum menemukan pasangan yang tepat, seperti dikemukakan oleh 54% responden, disusul alasan lain seperti ingin fokus pada karier (53%) dan ingin fokus pada hal lain di luar karier seperti hobi dan keluarga mencapai (44%).
Generasi muda terutama yang tumbuh dan berjuang hidup di kota besar, umumnya memiliki permasalahan yang hampir sama yaitu menjadi sandwich generation. Istilah sandwich generation diciptakan oleh Dorothy Miller pada tahun 1981, seorang professor dari Universitas Kentucky dan juga seorang pekerja sosial (Diller, 2012).
Sandwich generation disematkan kepada pria dan wanita yang merasakan keadaan ‘terjepit’ di antara pasangan, anak-anak, orang tua, dan majikan. Menurut Cambridge dictionary (2022), sandwich generation adalah sebutan yang digunakan untuk sekelompok orang yang memiliki orang tua yang sudah berumur dan juga anak-anak, sehingga mereka harus merawat anak-anak dan orang tua mereka.
Dengan adanya perubahan era dan pergeseran nilai sosial serta adanya istilah sandwich generation, pertanyaan tentang “kapan nikah?” bukan lagi menjadi hal yang ditakutkan. Generasi Muda bisa menjawab dengan alasan-alasan yang logis dan positif.
Baca Juga: Prioritas Wanita: Karier dan Pengalaman Sebelum Menikah