Ketegangan antara Israel dan Iran meletup. Pada 13 Juni 2025, militer Israel menggempur sejumlah fasilitas militer di Iran. Serangan itu menewaskan beberapa tokoh penting, termasuk Komandan Garda Revolusi Iran Hossein Salami dan seorang ilmuwan nuklir senior.
Iran tak tinggal diam. Sejak 14 hingga 21 Juni, rudal-rudal balistik ditembakkan ke wilayah Israel sebagai bentuk balasan. Serangan dibalas kembali, dan kedua negara kini terlibat konflik terbuka, saling serang dengan rudal dan drone.
Situasi makin panas ketika Amerika Serikat memutuskan ikut campur. Pada 22 Juni, AS menyerang tiga fasilitas nuklir di Iran. Langkah ini memperluas lingkar konflik dan menarik perhatian dunia.
Iran pun memberikan respons langsung ke AS. Mengutip Reuters, Iran meluncurkan 14 rudal ke pangkalan militer Amerika di Qatar pada 24 Juni. Namun sebelum serangan itu terjadi, Iran terlebih dulu mengirim pesan diplomatik kepada pemerintah AS dan Qatar beberapa jam sebelumnya.
“Saya ingin berterima kasih kepada Iran karena memberi kami pemberitahuan lebih awal, yang memungkinkan tidak ada nyawa yang hilang, dan tidak ada yang terluka,” tulis Donald Trump melalui akun media sosialnya, Truth, Selasa (24/6/2025).
Menanggapi keterlibatan AS dalam konflik Israel-Iran, mayoritas warga AS nyatanya tak sepakat dengan sikap yang diambil pemerintah.
Survei YouGov/The Economist yang dilakukan pada 13–16 Juni 2025 mencatat hanya 16% warga AS yang mendukung keterlibatan negaranya dalam konflik ini. Sebanyak 60% menolak, dan 24% sisanya belum menentukan sikap. Penolakan ini terjadi lintas pendukung politik, baik Demokrat, Republik, maupun pemilih independen.