Pekerja komuter adalah penduduk usia kerja yang bekerja dengan melintas batas kabupaten/kota tempat tinggalnya dan pulang kembali ke tempat tinggalnya dalam waktu kurang dari 24 jam.
Fenomena pekerja komuter bukan hanya soal mobilitas harian, tetapi juga erat kaitannya dengan kondisi sosial pekerja. Mereka harus membagi waktu antara keluarga dan pekerjaan, berhadapan dengan perjalanan panjang, kepadatan transportasi, hingga risiko kelelahan fisik maupun mental.
Kehidupan komuter menggambarkan bagaimana sebagian masyarakat Indonesia berjuang untuk tetap produktif di tengah keterbatasan lapangan kerja di sekitar tempat tinggal.
Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2024 dari Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat terdapat lima provinsi dengan persentase pekerja komuter tertinggi, yang sebagian besar berasal dari wilayah Pulau Jawa.
Provinsi dengan pekerja komuter terbanyak adalah Jawa Barat dengan proporsi mencapai 26,3%. Tingginya angka pekerja komuter ini salah satunya karena posisi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, pusat kegiatan ekonomi dan pemerintahan. Banyak tenaga kerja dari daerah penyangga seperti Bekasi, Depok, Bogor, dan Karawang yang setiap hari melakukan perjalanan ke Jakarta untuk bekerja.
Posisi kedua ditempati oleh Jawa Tengah dengan 14%. Pekerja dari Jawa Tengah kerap melakukan perjalanan ke provinsi sekitar, terutama Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, dan Jabodetabek, seiring tingginya kebutuhan tenaga kerja di sektor industri dan jasa.
Selanjutnya, Jawa Timur dan DKI Jakarta mencatat angka pekerja komuter yang hampir seimbang, yakni 11,5% dan 11,3%. Jawa Timur dikenal sebagai salah satu pusat industri besar di Indonesia, sementara Jakarta sebagai kota metropolitan tetap menjadi magnet utama bagi pencari kerja dari daerah sekitar.
Sementara itu, Banten menempati urutan kelima dengan 7,2%. Letaknya yang strategis sebagai wilayah industri serta kedekatan dengan Jakarta turut mendorong mobilitas tenaga kerja di provinsi ini.
Fenomena pekerja komuter ini mencerminkan bagaimana tenaga kerja di Indonesia beradaptasi dengan dinamika pasar kerja, terutama di kawasan perkotaan dan industri. Tingginya angka komuter di provinsi-provinsi besar juga menggambarkan masih terpusatnya lapangan kerja di kota-kota utama.
Mobilitas pekerja seperti ini membawa tantangan tersendiri, mulai dari kebutuhan transportasi, waktu tempuh, hingga keseimbangan kehidupan kerja. Namun di sisi lain, keberadaan komuter juga menegaskan eratnya keterkaitan antarwilayah dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Baca Juga: Pekerja Remote Punya Tingkat Stres Lebih Tinggi
Sumber:
https://www.bps.go.id/id/publication/2025/08/22/8934c883888698d7acb2e179/analisis-mobilitas-tenaga-kerja-hasil-sakernas-2024.htmlÂ
