7 Konser Musik Mematikan yang Tewaskan Banyak Korban

Konser musik yang harusnya menjadi tempat melipur lara berubah menjadi peristiwa malapetaka.

Konser musik merupakan sebuah hiburan yang dapat jadi pelampiasan ketika merasa bosan. Pada konser musik, kita dapat menonton grup musik favorit dan bernyanyi bersama penggemar lainnya. Aspek lain seperti tata letak panggung, cahaya hingga pertunjukan kembang api pada konser juga menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu dan tidak mudah dilupakan.

Kendati tidak mudah dilupakan karena berkesan, terdapat juga konser musik yang tak terlupakan karena kerusuhannya hingga memakan korban. Melansir Matador Network, berikut daftar konser musik mematikan yang memakan korban terbanyak.

Pertunjukan band rock Callejeros di Republica Cromanon pada Desember 2004 harus berakhir tragis dengan memakan 194 korban jiwa. Republica Cromanon sendiri merupakan sebuah klub rock di Buenos Aires, Argentina. Diduga jumlah penonton yang melebihi kapasitas kklub menjadi salah satu awal petaka tragedi ini.

“Pada malam kejadian, Republica Cromanon dipenuhi sekitar 3000 orang untuk menonton band Callejeros, (yang mana jumlah ini) hampir tiga kali lipat dari kapasitas yang ditetapkan untuk klub tersebut,” catat Matador Network.

Tragedi ini juga dipicu oleh percikan api di jaring dekat langit-langit klub. Republica Cromanon sendiri tidak rutin melakukan pemeriksaan api dan tidak memiliki sistem sprinkler. Situasi diperparah saat pengunjung tidak bisa keluar karena beberapa pintu dikunci permanen dan pintu keluar darurat dipagari untuk mencegah orang keluar masuk tanpa biaya. Akibatnya, pengunjung terperangkap dalam klub dan sulit untuk menyelamatkan diri.

Konser John Davidson di Beverly Hills Supper Club menjadi konser kedua yang memakan banyak korban. Tragedi yang terjadi di Kentucky, Amerika Serikat ini menewaskan 165 jiwa.

Sama seperti tragedi Cromanon, konser di Beverly Hills Supper Club pada Mei 1977 juga disebabkan oleh percikan api. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, namun ketika kebakaran diumumkan, mayoritas pengunjung tidak percaya dan masih melanjutkan konser. Barulah saat api mulai memasuki ruangan, pengunjung panik menyelamatkan diri hingga terinjak-injak dan beberapa tidak selamat.

Matador Network mencatat, “ada beberapa acara saat malam kebakaran, yaitu jamuan makan, resepsi, dan konser John Davidson. Semua acara dihubungkan oleh lorong sempit dalam struktur ruangan yang sama.”.

Di urutan ketiga terdapat tragedi Station Nightclub di Rhode Island, Amerika Serikat yang menewaskan 100 orang. Kejadian saat konser band Great White ini terjadi pada Februari 2003, yang mana disebabkan oleh kapasitas berlebihan dan percikan kembang api. Ketika api menyebar di dinding insulasi, pengunjung berbondong-bondong menyelamatkan diri namun api terlanjur membakar lebih banyak area ruangan.

“Kerusuhan yang terjadi kemudian menghancurkan dan menumbangkan banyak orang, dan banyak orang meninggal karena mati lemas, menghirup asap, atau menjadi korban kebakaran itu sendiri, termasuk gitaris utama Great White, Ty Longley,” ungkap Matador Network.

Negara tetangga, Thailand rupanya juga pernah mengalami tragedi konser mematikan, tepatnya ketika band bernama Burn tampil di Santika Nightclub pada Januari 2004. Tidak ada penyebab pasti munculnya kobaran api pada peristiwa ini. Sejumlah saksi mata menyatakan penyebabnya kembang api hingga masalah kelistrikan.

Penyebab peristiwa yang menewaskan 67 jiwa ini diperkuat dengan infrastruktur klub yang tidak mumpuni. “Klub tersebut tidak pernah menerima pemeriksaan kebakaran. Klub itu hanya dilengkapi dengan satu alat pemadam kebakaran untuk seluruh gedung dan dokumen inspeksi dipalsukan agar klub tetap beroperasi. Pintu keluar juga ditutup rapat untuk mencegah pelanggan kabur,” catat Matador Network.

Di urutan kelima dan keenam terdapat peristiwa Ghost Ship Fire dan Love Parade Techno Music Festival yang masing-masing menelan 36 dan 21 korban jiwa. Ghost Ship Fire yang terjadi di California, Amerika Serikat ini disebabkan oleh kebakaran dan membuat pengunjung terperangkap. Sedangkan Love Parade merupakan festival musik di Duisburg, Jerman dan menjadi peristiwa mematikan akibat terowongan menuju festival dipenuhi pengunjung hingga membuat sesak napas.

Konser band The Who dan Festival Musik Mawazine menjadi penutup daftar ini. Keduanya sama-sama menewaskan 11 orang dan terjadi karena kurangnya jalur mobilisasi.

Konser The Who terjadi di Cincinnati Riverfront Coliseum pada tahun 1979. Konser dimulai pada jam 8 malam, namun pintu masih ditutup pada jam 7:45. “Penonton yang gelisah mendengar sound check The Who salah mengira itu sebagai pembukaan, akhirnya berebut menuju pintu (dan terjadi kerusuhan),” ungkap Matador Network.

Sedangkan Festival Mawazine yang berlangsung di Maroko tahun 2009 ini disinyalir rusuh karena polisi menutup beberapa pintu keluar dan mengarahkan massa melewati pintu-pintu lain yang tidak diperuntukkan untuk keluar.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

Dengan melakukan pendaftaran akun, saya menyetujui Aturan dan Kebijakan di GoodStats Data

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook