71% Perempuan Indonesia Tak Lanjut Pendidikan, Apa Sebabnya?

Selain faktor ekonomi dan lingkungan, budaya patriarki yang masih melekat di masyarakat Indonesia juga menjadi penyebab perempuan tidak lagi melanjutkan sekolah.

Persentase Penduduk Perempuan Menurut Partisipasi Sekolah

(Tahun 2025)
Ukuran Fon:

Pendidikan merupakan fondasi penting bagi kemajuan individu maupun bangsa. Melalui pendidikan, individu tidak hanya memperoleh pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga kesempatan untuk memperbaiki kualitas hidup dan berkontribusi dalam pembangunan bangsa.

Namun, partisipasi pendidikan perempuan di Indonesia tampaknya masih mendapat tantangan yang perlu dijadikan perhatian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2025, sebanyak 71,03% penduduk perempuan berusia 5 tahun ke atas tercatat tidak bersekolah lagi.

Meski angka ini menunjukkan bahwa sebagian besar perempuan di Indonesia tercatat sudah tidak lagi berpartisipasi dalam pendidikan formal, masih ada perempuan yang kini aktif bersekolah, yaitu sebesar 23,12%. Sementara itu, 5,85% sisanya belum pernah ataupun tidak bersekolah sama sekali.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Simbolon dan Sunbanu (2024), ada banyak faktor yang membuat perempuan tidak lagi melanjutkan pendidikan, yaitu ekonomi, lingkungan berupa keluarga dan teman sebaya, serta budaya patriarki yang masih melekat di masyarakat.

Dari sisi ekonomi, pendapatan orang tua yang tidak cukup sering kali menjadi alasan seorang anak perempuan menghentikan pendidikannya. Akibatnya, sang anak akan lebih memilih mencari pekerjaan sehingga memperoleh penghasilan yang dapat membantu meringankan kebutuhan keluarga.

Selain itu, dukungan serta lingkungan dari keluarga juga berperan penting, seperti anak yang tinggal di lingkungan anak putus sekolah dan orang tua yang kurang memahami tentang pentingnya sekolah akan rawan mengalami putus sekolah juga dibandingkan dengan anak yang tinggal di lingkungan pembelajar.

Pengaruh teman sebaya turut mengambil andil kuat dalam upaya peningkatan persentase partisipasi sekolah perempuan. Dalam kelompok dengan tingkat kematangan atau usia yang kurang lebih sama, teman sebaya memiliki fungsi sebagai pemberi sumber informasi dan komparasi tentang dunia di luar keluarga, termasuk mengenai pendidikan dan sekolah.

Adapun budaya patriarki masih menjadi isu nasional sebagai penghambat kesempatan perempuan memperoleh pendidikan. Laki-laki dianggap memiliki peran sebagai kontrol utama di dalam masyarakat, diposisikan lebih tinggi dalam segala aspek kehidupan sehingga orang tua lebih mementingkan menyekolahkan anak laki-lakinya.

Sedangkan perempuan dicap hanya memiliki sedikit pengaruh atau bisa dikatakan tidak memiliki hak pada bagian umum, baik secara ekonomi, sosial, politik, dan psikologi. Struktur sosial dan pusaran budaya yang masih tertanam ini menyebabkan perempuan kerap diletakkan pada posisi subordinat atau inferior.

Upaya peningkatan akses pendidikan dan pemberdayaan perempuan menjadi penting agar perempuan Indonesia dapat memperoleh kesempatan yang setara untuk belajar dan berkontribusi di berbagai bidang. Dengan demikian, proporsi partisipasi pendidikan perempuan yang lebih tinggi diharapkan dapat terwujud dan mampu mendorong kemajuan sosial serta ekonomi nasional.

Baca Juga: Potret Kepala Rumah Tangga Perempuan di Indonesia

Sumber:

https://www.bps.go.id/id/publication/2025/10/10/b37dd4fb6b1727f8cf3c0271/statistik-kesejahteraan-rakyat-2025.html

https://japendi.publikasiindonesia.id/index.php/japendi/article/view/5196

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook